DENPASAR, Radar Bali.id– Cuaca ekstrim hujan lebat disertai angin kencang belum usai melanda Bali. Bahkan masyarakat Bali untuk selalu waspada terhadap cuaca ekstrem satu bulan ke depannya khususnya di bulan Maret 2023
Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wiryajaya, menerangkan bahwa terkait dengan kondisi cuaca belakangan ini berdasarkan pantauan citra radar cuaca memang teramati dalam beberapa hari terakhir terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat terjadi di sebagian besar wilayah Bali.
Untuk kecepatan angin di Stasiun Meteorologi I Gusti Ngurah Rai teramati kecepatan angin maksimum mencapai 63 km per jam. “Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu masih adanya pengaruh monsoon asia yang memberikan peningkatan hujan di Provinsi Bali serta ada daerah pertemuan angin di wilayah Bali dan sekitarnya yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Bali,” terangnya.
Lebih lanjut, untuk kondisi cuaca umum saat ini yakni cuaca secara umum berawan. Berpotensi hujan ringan – sedang di sebagian besar wilayah Bali. b. Suhu udara berkisar antara 23-33 °C, dengan kelembaban udara berkisar antara 65-98%. c. Angin umumnya bertiup dari arah Barat Daya – Barat Laut dengan kecepatan berkisar antara 5-42 Km per Jam.
Tinggi gelombang laut di Perairan Utara Bali berkisar antara 0.5 – 2 meter, di Perairan Selatan Bali berkisar antara 1-3 meter, di Selat Bali berkisar antara 0.75-3.5 meter dan di Selat Lombok berkisar antara 0.75-3.5 meter.
“Kondisi ini disebabkan oleh terjadinya daerah pertemuan angin di wilayah Bali dan sekitarnya yang memberi kontribusi terhadap pembentukan awan,” bebernya.
Pihaknya juga menyampaikan peringatan dini terkait kewaspadaan terhadap potensi hujan sedang – lebat yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang di sebagian besar wilayah Bali, serta potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2.0 meter atau lebih di Laut Bali, Selat Bali, Selat Badung, Selat Lombok, dan Samudera Hindia Selatan Bali. “Kami mengimbau kepada masyarakat antara lain untuk tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan kilat/petir. Masyarakat umum, Nelayan dan Pelaku Kegiatan Wisata Bahari mewaspadai potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter atau lebih di sekitar perairan utara dan selatan Bali,” bebernya.
Sementara Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin menghimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi hujan lebat disertai angin kencang di Bulan Maret 2023. Potensi ini dapat menimbulkan ancaman genangan di sejumlah ruas jalan, tanah longsor, banjir, hingga pohon tumbang.
Sesuai Data Bencana di Bali periode bulan Januari-Februari 2023, tercatat jenis bencana yang menonjol adalah tanah longsor (76 kejadian di Kabupaten Badung, Buleleng, Karangasem). Cuaca ekstrim yang mengakibatkan terjadinya 20 kejadian di Kabupaten Klungkung, Tabanan, Gianyar terutama yang merusak bangunan berupa rumah, kandang babi dan beberapa kejadian berupa tanah longsor. Selain itu juga terjadi 6 bencana banjir di Kabupaten Jembrana, dan kebakaran pemukiman 16 kejadian di Kota Denpasar.
Jenis kejadian tersebut didominasi bencana hidrometeorologi (bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembaban). Karena itu ancaman bencana hidrometeorologi perlu menjadi atensi bersama mengingat perkiraan hujan masih akan berlangsung hingga bulan depan (Maret 2023), sekalipun intensitas dan luasan dampaknya berkurang dibandingkan Februari 2023, namun seluruh masyarakat Bali diharapkan tetap waspada saat berada di luar rumah.
Imbauan kewaspadaan ini tentunya juga berdasarkan data Prakiraan Peluang Curah Hujan Dasarian II Maret 2023 oleh BMKG. “Cuaca ekstrem yang hingga saat ini masih terjadi, dan tidak dapat diduga kejadiannya kapan dan dimana, mengharuskan masyarakat tetap waspada utamanya ketika beraktivitas di luar ruangan serta tetap mengikuti informasi dari sumber informasi kebencanaan,” terang Rentin. [made dwija putra/radar bali]