SEMARAPURA – Sebayak 43 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 300 jiwa warga Banjar Adat Cemlagi, Dusun Pelilit, Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung sudah bertahun-tahun lamanya beraktivitas dengan kondisi tidak nyaman dan penuh kewaspadaan.
Pasalnya jalan satu-satunya menuju banjar tersebut mengalami rusak berat. Hal itu membuat warga yang melintas dengan kendaraannya kerap mengalami pecah ban hingga kecelakaan tunggal di jalan itu.
Klian Adat Banjar Cemlagi I Nyoman Yudiatnyanawan, Rabu (2/6) menuturkan, akses jalan yang memiliki panjang sekitar 3 km dengan lebar 2,5 meter itu terakhir kali mendapat penanganan tahun 2004 lalu.
Lantaran kerap dilintasi dan juga termakan usia, jalan itu pun mengalami rusak parah bertahun-tahun lamanya.
“Ini jalur utama ke wilayah kami dan juga sebagai jalan pintas menuju objek wisata Pantai Atuh. Karena rusak berat, warga yang melintas harus sangat berhati-hati. Terutama pengendara roda dua, sering sekali jatuh di jalan itu. Sementara pengguna roda empat, sering mengalami pecah ban,” katanya.
Tidak ingin keselamatan warganya terus-terusan terancam saat beraktivitas, pihaknya mengaku telah mengusulkan perubahan status jalan nonstatus itu menjadi jalan kabupaten. Sehingga usulan perbaikan jalan dapat direalisasikan segera.
Hanya saja sampai saat ini usulan itu tidak pernah terealisasi. Dan dalih APBD Klungkung sedang difokuskan untuk penanganan Covid-19, membuat harapan jalan tersebut segera ditangani semakin jauh.
“Tapi kenyataan di lapangan, Pemkab melakukan perbaikan jalan di Nusa Penida. Di sana kami sangat kecewa karena kondisi akses jalan ini sudah sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Lebih lanjut pihaknya mengaku jalan tersebut sempat ditangani secara swadaya. Namun karena keterbatasan anggaran, penanganan tidak maksimal sehingga kembali mengalami rusak berat.
“Ada yang menyumbang semen dan uang. Tapi karena dananya terbatas sehingga tidak maksimal sehingga kembali rusak. Kami berharap jalan utama satu-satunya menuju banjar kami ini segera ditangani,” tandasnya.