SINGARAJA– Manajemen RSUD Buleleng berencana melakukan langkah subsidi silang. Hal itu dilakukan sebagai konsekuensi menurunkan tarif swab antigen mandiri.
Tarif yang tadinya sebesar Rp 165 ribu diturunkan menjadi Rp 99 ribu.
Keputusan menurunkan tarif itu diambil sejak Jumat (3/9). Penurunan tarif dilakukan setelah Kementerian Kesehatan (Kemkes) menerbitkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/I/3065/2021 tentang Batas Tarif Tertinggi Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag).
Surat itu ditandatangani Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemkes, Abdul Kadir pada Rabu (1/9).
Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD mengatakan, pihaknya tetap taat pada aturan pusat.
Menurut Arya, dengan harga sebesar Rp 99 ribu, pihaknya harus melakukan sejumlah langkah penghematan.
Sebab harga reagen dan bahan habis pakai untuk tes swab antigen masih tinggi.
“Kami akan lakukan efisiensi pada bahan habis pakai. Sehingga upaya pengeluaran bisa kami tekan. Untuk pelayanan masyarakat, kami rasa tidak bisa sekadar bicara untung rugi. Nanti akan ada subsidi silang dari pelayanan lain,” kata Arya saat dihubungi dari Singaraja, pada Jumat (3/9) sore.
Dengan penurunan tarif tersebut, Arya optimistis langkah pemalsuan perjalanan dapat ditekan.
Sebab dalam setahun terakhir marak terjadi pemalsuan dokumen perjalanan. Baik itu surat hasil rapid test palsu maupun hasil swab PCR palsu.
“Dulu mungkin orang merasa tidak penting. Malah buang-buang uang saja, sehingga memilih mencari yang palsu. Tapi kalau harga sudah murah seperti ini, peluang mencari yang palsu juga bisa ditekan,” imbuhnya.
Lebih lanjut Arya mengatakan, penurunan tarif antigen juga diyakini dapat mengoptimalkan proses testing dan tracing. Masyarakat yang tadinya tidak mampu melakukan tes mandiri karena tarifnya mahal, dapat mengakses alternatif tes yang lebih murah.
“Testing dan tracing bisa lebih masif. Selain itu klaim terhadap dana wabah juga kan bisa lebih rendah,” demikian Arya.