PRINSIP kehati-hatian terus ditanamkan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olharaga (Disdikpora) Buleleng saat pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTM) yang sudah dimulai awal Oktober 2021 lalu.
Tak ingin muncul kasus maupun klaster baru, pihak Disdikopra bersama Dinas Kesehatan Buleleng terus melakukan upaya agar PTMT berjalan tanpa hambatan dan bebas dari paparan Covid-19.
Salah satu cara untuk menekan paparan virus corona, OPD (Organisasi Perangkat Daerah) di Buleleng gencar melakukan swab antigen secara acak di sejumlah sekolah. Seperti apa?
SEJAK pertengahan bulan Oktober lalu atau tepatnya tanggal 19 Oktober 2021, total sudah ada 400-an sampel yang diuji.
Hasil uji acak swab antigen yang dilakukan Dinas Kesehatan Buleleng, ternyata memberikan hasil yang cukup baik.
Dari ratusan sampel yang diuji, tidak ada satupun yang dinyatakan positif.
Sedangkan mengacu data Satuan tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Buleleng, total ada 20 sekolah yang dijadikan sasaran pengujian secara acak.
Dari 40 sekolah itu, ada 40 orang guru dan tenaga kependidikan serta 360 orang siswa yang menjalani swab antigen.
“Kami sudah lakukan pengujian secara acak di seluruh jenjang pendidikan. Baik SD sampai SMA. Sampai dengan hari ini, semua hasilnya dinyatakan negatif,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng, Ketut Suwarmawan.
Sementara secara terpisah, Kepala Disdikpora Buleleng I Made Astika yang dihubungi secara terpisah mengatakan, hasil uji acak itu akan menjadi salah satu acuan dalam proses Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).
Sayangnya hingga kini Disdikpora belum berencana memperpanjang jam belajar di sekolah.
Menurut Astika, saat ini pihaknya terus mengamati perkembangan di beberapa daerah. Ia tak mau terburu-buru mengusulkan penambahan jam belajar.
“Sebab di daerah lain itu ada klaster sekolah. Ini kami perhatikan betul. Setiap ada klaster sekolah di daerah tetangga, kami langsung koordinasi ke sana. Mencari informasi, apa pemicunya. Sehingga kami di sini bisa melakukan evaluasi,” jelas Astika.
Selain itu, beberapa sekolah juga kesulitan mengatur jam belajar. Sejumlah sekolah bahkan harus melakukan tiga shift belajar. Karena jumlah siswanya terlalu banyak.
Menurutnya penambahan jam belajar kemungkinan akan dilakukan setelah daerah turun level.
“Sekarang kita kan masih PPKM level 2. Mungkin nanti kalau kita sudah di PPKM level 1, akan ada relaksasi lagi untuk kegiatan PTMT,” kata Astika.
Terakhir, dengan masih diperpanjangnya masa PPKM level 2, pihaknya juga berharap dan mengimbau kepada seluruh masyarakat, orang tua, dan para siswa untuk saling bekerjasama disiplin menerapan protocol kesehatan (prokes) secara ketat dengan cara rajin mencuci tangan pakai sabun,
memakai masker dengan benar, menghindari kerumunan dan atau tidak melakukan aktivitas berkumpul yang berpotensi terjadinya paparan atau penularan virus.