GIANYAR – Komunitas peduli lingkungan Clean Up Tegalalang (CUT), memanfaatkan sampah organik.
Sisa buah, hingga sayuran lokal diolah untuk disulap jadi cairan eco enzyme. Cairan itu nantinya untuk pembersih lingkungan.
Pengurus CUT, Nyoman Budha Antara, memanfaatkan berbagai macam sampah organik.
“Ini memberikan manfaat ganda. Selain bersih sampah organik, juga sekaligus, cairan yang sudah di fermentasi ini bisa menjadi pembersih rumah, maupun sebagai pupuk alami dan pestisida yang efektif,” ujarnya, Sabtu (4/9) kemarin.
Dengan cairan eco enzyme itu, bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. “Bisa dimanfaatkan kembali oleh warga untuk mengepel lantai, pupuk, bahkan menghilangkan bau busuk,” paparnya.
Budha membeberkan, limbah yang bisa difermentasi, bisa mengambil dari limbah dapur. Seperti ampas buah dan sayuran. Limbah dapur itu kemudian dicampurkan gula aren dan aroma yang dilarutkan ke dalam air.
Nyoman Budha merinci, ada ukuran menakar fermentasi. Untuk satu kilogram gula aren, dicampur tiga kilogram limbah organik. Selanjutnya, dicampur ke dalam sepuluh liter air. “Didiamkan tiga bulan. Baru jadi,” terangnya.
Cairan yang sudah jadi, kemudian bisa diletakkan di botol atau wadah. Cairan itu pun dibagikan kepada masyarakat. “Eco enzyme inipun dimanfaatkan untuk lingkungan di Tegalalang menjadi cairan multiguna dan aplikasinya meliputi rumah tangga, juga pertanian,” jelasnya.
Lanjutnya, saat pandemi covid, cairan itu kerap disemprot keliling desa. Tujuannya untuk menetralisir polusi udara.
“Saat pandemi Covid -19, juga disemprotkan disepanjang jalan raya,” terangnya.
Eco enzyme, merupakan cairan ramah lingkungan. Cairan itu mendorong reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah atau sayuran.
Walau demikian membuat cairan eco enzyme memerlukan ketelatenan. Mulai memilah jenis sampah organik, dan mencuci bersih serta penyampuran yang tepat.