NEGARA – Kekeringan lahan pertanian di Jembrana membuat sejumlah tanaman padi terancam gagal panen. Sedangkan untuk mengairi sawah dengan sumur bor, memerlukan biaya cukup tinggi untuk pembelian bahan bakar.
Informasi yang dihimpun, petani salah prediksi saat memulai menanam padi pada bulan April lalu. Karena awalnya hujan masih sering terjadi, petani menanam padi dengan harapan hujan masih tetap terjadi sehingga petani tidak mengalami kekeringan.
“Banyak petani salah menduga, dikiranya hujan terus terjadi seperti kemarau tahun lalu. Tetapi ternyata tidak hujan, padahal awal menanam masih hujan,” kata Made Mulyawan, salah satu petani Desa Kaliakah.
Meski ada sumur bor, tidak semua petani bisa memanfaatkan. Pasalnya, untuk operasional sumur bor butuh bahan bakar cukup banyak.
Dalam satu jam biayanya sekitar Rp 50 ribu untuk pembelian bahan bakar, misalnya untuk 5 are lahan pertanian sekitar 10 jam lebih atau sekitar Rp 500 ribu. Jika setiap satu minggu menggunakan sumur bor, maka biaya yang dikeluarkan petani cukup tinggi.
“Sekarang pertanian selain kekurangan air, hama juga banyak. Tidak mungkin mengandalkan sumur bor,” ujarnya.
Selain lahan pertanian padi yang mengalami kekeringan, petani yang menanam palawija juga mengalami kekeringan. Tanaman kacang hijau yang ditanam tidak tumbuh normal karena kesulitan air. Karena itu, banyak lahan pertanian yang saat ini sudah tidak produktif lagi.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Sutama mengatakan luas tanam lahan pertanian padi di Jembrana pada bulan April lalu seluas 1.700 hektare sedangkan bulan Mei sekitar 500 hektare.
Lahan yang mengalami kekeringan dan masih terancam kekeringan, rata-rata yang memulai tanam akhir bulan April dan Mei. Namun tidak semua mengalami kekeringan, hanya sebagian kecil yang mengalami kekeringan dan terancam kekeringan.
Sekitar 100 hingga 150 hektare lebih sudah terancam kekeringan, sedangkan yang sudah mengalami kekeringan sekitar 30 hektare di wilayah Desa Manistutu, Kecamatan Melaya. Padahal sebelum memasuki musim kemarau dinas pertanian dan pangan sudah mengirimkan surat edaran kepada subak untuk mengantisipasi kekeringan.
Salah satunya mengimbau untuk memantapkan pola tanam dengan melihat ketersediaan air, tidak memaksakan menanam padi. Kalau memang jadwal menanam, tetapi ketersediaan air terbatas jangan memaksa tetap tanam padi agar tidak mengalami kekeringan. Disamping itu, bagi yang menanam agar melakukan penanaman dengan pola giliran varietas padi yang tahan dengan kekeringan. (bas)