SINGARAJA – Munculnya aplikasi-aplikasi pesan singkat yang disalahgunakan menjadi sarana open BO, ternyata berdampak terhadap potensi penularan kasus HIV/AIDS. Pemerintah maupun yayasan kini kesulitan memantau potensi sebaran HIV/AIDS, karena prostitusi kini bergeser ke arah daring.
Hal itu terungkap dalam acara World AIDS Day 2022 yang dipusatkan di Wantilan Sasana Budaya, Rabu (7/12). Acara itu dihadiri Sekretaris Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali Made Arnawa serta Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Buleleng Nyoman Riang Pustaka.
Konselor Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI) Buleleng Made Ricko Wibawa mengungkapkan potensi penularan penyakit menular seksual rentan terjadi pada remaja yang berusia 15-16 tahun. Remaja dalam usia tersebut belum mendapatkan informasi dan pemahamanan yang cukup terkait reproduksi seksual.
Pemahaman yang minim membuat mereka dengan mudah terjebak bujuk rayu, sehingga jatuh pada hubungan seksual yang tidak sehat. Dampaknya mereka berpotensi terkena penyakit menular seksual, salah satunya HIV/AIDS.
Ricko mengungkapkan tadinya konselor lebih mudah melakukan pengawasan pada kelompok remaja. Sebab mereka cenderung datang ke lokalisasi guna mencari layanan seksual. Namun beberapa tahun terakhir prostitusi justru bergeser menjadi daring.
“Remaja sekarang itu sudah aktif di aplikasi-aplikasi open BO itu. Bulan Oktober itu kami temukan remaja usia-usia pelajar SMA yang aktif di aplikasi itu,” kata Ricko.
Hal serupa diungkapkan Sekretaris BKKBN Provinsi Bali, Made Arnawa. Menurutnya praktik prostitusi online justru lebih rentan menularkan HIV/AIDS. Saat praktik prostitusi terpusat di lokalisasi, BKKBN lebih mudah memantau pola penularan. Selain itu lebih mudah mengawasi dan mengantisipasi penularan.
“Sekarang saat bergeser ke daring, kami justru tidak bisa memantau mereka. Tingkat kerentanan penularannya jadi lebih tinggi. Kalau di terpusat di lokalisasi kan gampang memantau dan mencari,” kata Wibawa.
Kini BKKBN memilih mengedepankan upaya pencegahan dengan menggandeng kelompok remaja. Mereka dilibatkan dalam langkah sosialisasi dan pencegahan penyakit menular seksual, terutama HIV/AIDS. Mengingat kelompok remaja merupakan kelompok yang rentan tertular penyakit tersebut. (eps/rid)