TABANAN– Rencana pemerintah pusat untuk membuka penerbangan Internasional di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali disambut setengah hati oleh Perhimpunan Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Cabang Tabanan.
Respon setengah hati ini karena PHRI merasa kecewa dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang terus berubah-ubah.
“Di Indonesia memang menurun kasus Covid-19, namun di dunia masih terjadi penularan yang massif. Jadi belum tentu Bali akan ramai dikunjungi wisatawan yang nanti dibuka mulai 14 Oktober mendatang,” ungkap Ketua PHRI Tabanan I Gusti Bagus Made Damara, saat dihubungi via sambungan telepon.
Alasan belum ramainya kunjungan, karena selain pandemic Covid-19 masih berlangsung, Bali juga belum sepenuhnya nihil kasus.
Selain itu, masih belum adanya kemudahan yang diberikan kepada wisatawan saat datang ke Bali dan ribetnya persyaratan dan kewajiban karantina juga menjadi salah satu kendala, Bali bisa segera ramai dikunjungi turis.
“Mengapa demikian? karena beberapa negara di Eropa seperti Inggris sudah tidak ada karantina bagi wisatawan yang berkunjung ke sana. Syaratnya hanya tes PCR dengan hasil negatif, sudah vaksinasi Covid-19 dan mengetatkan prokes,” terangnya.
Apalagi, pembukaan kunjungan wisatawan asing yang masih dibatasi bagi 5 negara yakni Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Abu Dhabi dan New Zealand, diakui Damara belum bisa menjadi target market Pariwisata di Bali.
“Karena target market pariwisata Bali sesungguh adalah negara di Eropa seperti Inggris, Jerman, kemudian Amerika dan Australia. Yang rill, kan saat ini target kita sebagai pelaku wisatawan adalah wisatawan domestik.
Dan itu yang menjadi andalan kami. Karena selama pandemi Covid-19 mereka dominan yang datang ke Bali,” ungkapnya.
Selain itu, Damara mengaku sejumlah hotel dan restaurant di Tabanan yang tergabung dalam PHRI sejauh ini belum ada laporan bahwa tamu asing sudah ada yang memesan atau membooking kamar hotel. Meskipun dalam waktu dekat sudah memasuki momentum hari libur tahun baru.
“Kebijakan dengan membuka Bali bagi wisatawan domestik kami sebagai pelaku wisatawan positif thinking saja dulu dengan pemerintah.
Karena kebijakan itu selalu berubah-ubah yang mengacu pada kasus Covid-19,” tukasnya.