SEMARAPURA – Keberadaan penjor yang berdiri di depan rumah umat Hindu menjadi ciri khas dari Hari Raya Galungan. Tidak heran bila jelang Galungan, banyak pedagang dadakan bermunculan di pinggir-pinggir jalan menjajakan bahan-bahan membuat penjor.
Meski masih dalam suasana pandemi Covid-19, masyarakat tetap antusias merayakan Galungan. Walau begitu, mereka harus menyesuakan diri dengan situasi pandemi, yakni membuat penjor sederhana.
Seperti yang terlihat di pinggir jalan raya wilayah Galiran, Klungkung. Perlengkapan membuat penjor lengkap tersedia. Mulai dari bambu, padi, kelapa, sampian dan lain-lain. Harga yang ditawarkan bervariasi sesuai ukuran dan kerumitan barang yang diinginkan.
Putu Sumartini, pedagang sarana penjor asal Karangasem mengaku penjualan sarana penjor jelang Galungan kali ini cukup ramai. Beda dengan enam bulan yang lalu tampak sepi.
Menurutnya itu lantaran sebagian masyarakat menerima BLT sehingga memiliki uang yang cukup untuk membeli kebutuhan merayakan Galungan.
“Penjualan kali ini cukup banyak dibandingkan dengan Galungan enam bulan lalu,” ujarnya.
Meski begitu, diakuinya daya beli masyarakat masih terdampak pandemi Covid-19. Sehingga pembeli yang datang ke tempatnya lebih memilih bahan-bahan membuat penjor sederhana yang harganya lebih murah.
“Kalau sebelum pandemi, bahan-bahan penjor yang mahal sangat laku terjual. Sekarang pembeli lebih memilih yang sederhana,” bebernya.
Salah seorang pembeli bahan-bahan penjor, Dewa Oka mengungkapkan pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi daya belinya. Bila biasanya ia bisa menghabiskan uang Rp 300 ribu lebih untuk membuat penjor.
Sejak pandemi Covid-19, ia mencoba mengirit dengan membeli bahan-bahan penjor yang harganya lebih murah.
“Kalau sekarang, total harga seluruh bahan-bahan penjor saya sekitar Rp 200 ribu,” tandasnya.