I Nyoman Sudi, nelayan asal Desa Antiga, Manggis, Karangasem Bali sempat dikabarkan hilang. Dia akhirnya ditemukan dalam kondisi selamat setelah 16 jam terombang-ambing di laut karena jukungnya kehabisan bahan bakar.
ZULFIKA RAHMAN, Karangasem
TANGIS haru pecah saat keluarga bertemu I Nyoman Sudi, 36, di Banjar Dinas Labuan, Desa Antiga, Kecamatan Manggis pada Senin (10/1). Ibunya langsung memeluk erat begitu mengetahui anaknya kembali dalam kondisi selamat usai dikabarkan hilang saat melaut di perairan Labuan Amuk pada Minggu (9/1) lalu.
Nelayan asal Desa Antiga ini terombang ambing selama 16 jam di tengah laut sebelum akhirnya ditemukan di perairan Pulau Sepatu, Nusa Penida pada Senin pagi (10/1).
“Dia (Sudi) ditemukan di Selatan Pulau Sepatu Nusa Penida oleh keluarganya yang melakukan pencarian,” ujar Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Basarnas Karangasem, I Gusti Ngurah Eka Widnyana.
Berawal saat Sudi melakukan aktivitas melaut pada Minggu sore menggunakan perahu miliknya. Dia berangkat dari Labuan Amuk, Desa Antiga. Selanjutnya hingga malam hari, korban tak kunjung pulang. Keluarga yang khawatir langsung melaporkan hilangnya Sudi ke pihak Basarnas Karangasem sekitar pukul 21.35 Minggu malam lalu.
“Kami baru melakukan pencarian besok paginya (Senin). Tapi kemarinnya (Minggu) keluarga terus melakukan upaya pencarian namun tidak membuahkan hasil,” kata Ngurah Eka.
Pihak keluarga yang juga sesama nelayan kembali melakukan pencarian bersama petugas gabungan yang terdiri dari petuga SAR Karangasem, Unit Siaga SAR Nusa Penida, Polres Karangasem, BPBD Karangasem, Polsek Manggis, Pol Air Polres Karangasem, Bakamla Karangasem, Babinsa manggis karangasem, Babinkamtibmas Manggis Karangasem, nelayan, masyarakat setempat dan keluarga korban.
“Saat ditemukan, korban dalam terombang-ambing di atas jukungnya. Akhirnya kami evakuasi dan dibawa ke tempat awal ia melaut,” terangya.
Kepada petugas, Sudi mengaku kehabisan bahan bakar saat melaut sehingga tidak bisa kembali pulang. Dalam kondisi kehabisan bahan bakar, Sudi tidak melihat rekan sesama nelayan yang melakukan aktivitas melaut.
“Hampir 16 jam di tengah laut. Biasanya korban membawa HP. Tapi saat kemarin itu kelupaan sehingga tidak bisa komunikasi,” kata Ngurah Eka.
Ngurah Eka menambahkan, di tengah kondisi cuaca hujan ini, ia mengimbau agar nelayan mempertimbangkan keselamatan saat melaut. Selain itu juga memastikan ketersediaan bahan bakar yang dibawa sebelum melaut.
“Kami juga selalu mengingatkan, agar para nelayan selain memperhitungkan kondisi cuaca juga jumlah bahan bakar yang dibawa serta melengkapi diri dengan alat komunikasi seperti HP termasuk juga baju pelampung,” tandasnya