DENPASAR – Ditengah pandemi COVID-19, keberadaan ekonomi kreatif bisa saja menjadi pendorong bagi bangkitnya ekonomi dari dampak pandemi COVID-19.
Untuk itu, pemerintah terkait harus bisa memberikan perhatian khusus agar keberadaan ekonomi kreatif bisa maksimal.
“Harus benar-benar diperhatikan, karena justru selama ini kalau kita lihat dari apa yang terjadi di lapangan, ekonomi kreatif justru lebih berkembang ditengah pandemi COVID-19,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Prof Dr I Wayan Ramantha dalam Webinar yang diselenggarakan Sapama Center, Denpasar, bertajuk ‘ekonomi kreatif berbasis ekonomi baru Kota Denpasar’, Selasa (10/11) malam.
Ramantha menuturkan, menggeliatnya ekonomi kreatif ditengah pandemi COVID-19 khususnya di Kota Denpasar tak lepas dari banyaknya jumlah karyawan yang dirumahkan atau di PHK dari tempat awal bekerja.
Para karyawan ini, lanjut Ramantha, lantas memutar haluan untuk bergerak di ekonomi kreatif demi bertahan hidup.
“Makna dari ekonomi kreatif itu kan sebenarnya bagaimana kita cara bikin uang dari ide, jadi ketika ada orang yang mampu mamnafaat peluang untuk mencari uang melalui ide mereka dan dengan cara yang tidak tradisional, maka itu sudah bisa disebut ekonomi kreatif, makanya ini perlu di dukung,” kata dia.
Sejatinya, sejak pertama IB Rai Dharmawijaya Mantra memimpin Kota Denpasar 10 tahun silam, gelit ekonomi kreatif di Kota Denpasar sudah bisa disejajarkan dengan sejumlah kota besar di Indonesia. Namun, Ramantha manyampaikan, perhatian akan ekonomi kreatif harus ditingkatkan ditengah pandemi COVID-19.
“Denpasar itu kan tidak punya alternatif pertanian yang signifikan karena lahannya sudah mulai sedikit, makanya ekonomi kreatif itu sekali lagi harus diperhatikan untuk berjaga-jaga jika pariwisata sedang tak komptetitif seperti sekarang ini,” jelasnya.
Dalam diskusi yang sama, Pendiri STMIK Primakara, Made Artana mengusulkan sejumlah langkah agar industri ekonomi kreatif di Denpasar bisa semakin dirilik oleh daerah hingga negara lain. Salah satunya, dengan cara menentukan fokus sub sektor yang mau dijadikan unggulan.
“Kalau kita lihat Palembang misalnya, disana kan sudah mulai fokus pada sektor kuliner, terus daerah-daerah lain juga sudah fokus pada satu sektor. Nah di Denpasar Ini lalu apa? Tidak bisa Kemuduian fokus pada banyak bidang karena itu bisa sulit berkembang,” ujarnya.
Selain itu, Artana juga mendorong agar pemerintah kota Denpasar mampu mengembangkan ekosistem yang mendukung dalam perkembangan ekonomi kreatif. Dalam ekosistem itu, lanjut dia, pemerintah kota harus berperan sebagai katalisator.
“Jangan lupa juga, harus ada model pengembangan model inti plasma untuk mempercepat pengembangan. Inti olaeitu apa? Ada industri yang besar, lalu ada pemain-pemain kecil yang menggerakkan di dalamnya. Nah ini tugas dari pemerintah kota, mensinergikan itu yang jadi tantangan,” tuturnya. (*)