29.8 C
Denpasar
Wednesday, March 29, 2023

Gegara Pandemi, Produsen Arak Lesu

SINGARAJA– Karut-marut ekonomi pada masa pandemi, disebut memengaruhi para produsen arak di Bali Utara. Produksi arak kini disebut dalam kondisi lesu. Karena produksi arak mereka tidak terserap industri minuman beralkohol maupun industri pariwisata.

 

Fakta itu diungkap anggota DPRD Buleleng, Wayan Soma Adnyana. Menurut Soma beberapa petani arak mengeluh pada dirinya. Ia menyebut sejak setahun terakhir para pengusaha arak Bali lesu darah. Sebab arak yang mereka produksi tak seluruhnya berhasil terserap.

 

“Dalam kondisi seperti ini, tidak banyak yang menyerap produksi mereka. Kalau dulu waktu masih ada pariwisata, bisa diserap ke bar dan restoran. Sekarang karena pariwisata lesu, akhirnya tidak bisa masuk ke sana,” kata Soma saat ditemui di Gedung DPRD Buleleng Jumat (12/11 kemarin.

Baca Juga:  Sakit Itu Mahal, Anggaran JKN Buleleng Hanya Disiapkan Separo

 

Lebih parah lagi, industri minuman beralkohol tidak lagi menyerap hasil produksi petani arak. Padahal serapan industri minuman beralkohol memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian para petani arak.

 

“Setahu saya, arak dari (dusun) Selombo (Desa Bondalem) itu sudah diserap pabrik. Dijadikan bahan baku vodka. Minumannya masuk ke hotel-hotel, sampai ekspor juga. Tapi karena covid, pabriknya berhenti. Dampaknya produksi arak petani ikut tidak terserap. Kami harap pemerintah bisa mengambil langkah strategis terkait hal ini,” ujar politisi PDI Perjuangan itu.

 

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM Buleleng, Dewa Made Sudiarta, mengakui hal tersebut. Menurutnya pada masa pandemi, petani arak merupakan salah satu kelompok yang terdampak secara ekonomi.

Baca Juga:  Cegah Penyebaran Rabies, Dinas Peternakan Siapkan Vaksinasi Massal

 

“Kalau dulu sebelum pandemi, sampai kewalahan melayani permintaan. Sekarang dalam kondisi pandemi, mereka harus mengurangi produksi,” ungkap Sudiarta.

 

Menurutnya dalam kondisi ekonomi tak menentu, pihaknya sulit memprediksi kondisi pasar. Saat ini pihaknya hanya dapat memberikan pendampingan dan pembinaan pada petani arak, agar mereka menjaga kualitas produksi.

 

“Kalau kondisi ekonomi sudah membaik, mereka bisa langsung menggenjot produksi. Hal yang paling utama adalah menjaga kualitas. Sehingga produk mereka bisa diserap industri,” tandasnya.



SINGARAJA– Karut-marut ekonomi pada masa pandemi, disebut memengaruhi para produsen arak di Bali Utara. Produksi arak kini disebut dalam kondisi lesu. Karena produksi arak mereka tidak terserap industri minuman beralkohol maupun industri pariwisata.

 

Fakta itu diungkap anggota DPRD Buleleng, Wayan Soma Adnyana. Menurut Soma beberapa petani arak mengeluh pada dirinya. Ia menyebut sejak setahun terakhir para pengusaha arak Bali lesu darah. Sebab arak yang mereka produksi tak seluruhnya berhasil terserap.

 

“Dalam kondisi seperti ini, tidak banyak yang menyerap produksi mereka. Kalau dulu waktu masih ada pariwisata, bisa diserap ke bar dan restoran. Sekarang karena pariwisata lesu, akhirnya tidak bisa masuk ke sana,” kata Soma saat ditemui di Gedung DPRD Buleleng Jumat (12/11 kemarin.

Baca Juga:  Terowongan Pengelak Tuntas, Koster Optimis Problem Air Bersih Beres

 

Lebih parah lagi, industri minuman beralkohol tidak lagi menyerap hasil produksi petani arak. Padahal serapan industri minuman beralkohol memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian para petani arak.

 

“Setahu saya, arak dari (dusun) Selombo (Desa Bondalem) itu sudah diserap pabrik. Dijadikan bahan baku vodka. Minumannya masuk ke hotel-hotel, sampai ekspor juga. Tapi karena covid, pabriknya berhenti. Dampaknya produksi arak petani ikut tidak terserap. Kami harap pemerintah bisa mengambil langkah strategis terkait hal ini,” ujar politisi PDI Perjuangan itu.

 

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM Buleleng, Dewa Made Sudiarta, mengakui hal tersebut. Menurutnya pada masa pandemi, petani arak merupakan salah satu kelompok yang terdampak secara ekonomi.

Baca Juga:  Anggota DPRD Dapat Jatah Prioritas Vaksin, Supriatna: Kami Tidak Minta

 

“Kalau dulu sebelum pandemi, sampai kewalahan melayani permintaan. Sekarang dalam kondisi pandemi, mereka harus mengurangi produksi,” ungkap Sudiarta.

 

Menurutnya dalam kondisi ekonomi tak menentu, pihaknya sulit memprediksi kondisi pasar. Saat ini pihaknya hanya dapat memberikan pendampingan dan pembinaan pada petani arak, agar mereka menjaga kualitas produksi.

 

“Kalau kondisi ekonomi sudah membaik, mereka bisa langsung menggenjot produksi. Hal yang paling utama adalah menjaga kualitas. Sehingga produk mereka bisa diserap industri,” tandasnya.


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru