BADUNG, radarbali.id- Program bertajuk “Universitas Gadjah Mada (UGM) Menyapa Alumni” membawa Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng berkesempatan mengunjungi Puri Ageng Mengwi.
Selain Puri Ageng Mengwi, rombongan rektor ini juga berkesempatan mengunjungi Pura Suci Taman Ayun dengan didampingi langsung oleh Penglingsir Puri Ageng Mengwi, Anak Agung Gde Agung.
Saking terpesonanya, Guru Besar Ilmu Energi Bidang Optimasi Sistem Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM itu mengaku akan kembali ke Bali, khususnya Pura Taman Ayun dalam kesempatan berbeda.
“Saya terkesan pada Pura Taman Ayun, baik dari sejarah maupun penampakan visual terkini. Bangunan-bangunan yang memiliki nilai seni tinggi dengan arsitektur yang luar biasa tentu menarik.
Tadi sore (Jumat, 10/12/2021, red) kami mengelilingi Pura Taman Ayun juga sangat terkesan dengan filosofi dan pemanfaatannya bagi masyarakat sekitar.
Untuk liburan, ini menjadi hal yang sangat menarik. Bukan hanya karena alamnya, tetapi karena budaya. Ini betul-betul sangat menarik.
Hal ini yang membuat wisatawan tak pernah bosan datang ke Bali,” ucap Prof. Panut Mulyono.
Mengapresiasi Penglingsir Puri Ageng Mengwi, Anak Agung Gde Agung, Rektor UGM menilai peran Puri Ageng Mengwi sangat sentral. AA Gde Agung disebut sangat konsen melestarikan budaya dan alam.
Sosok anggota DPD RI Dapil Bali itu disebut tidak akan mau mengorbankan hal-hal atau daerah-daerah yang memang harus dikonservasi atau dipertahankan demi ajeg Bali.
Membalas pujian Rektor UGM, AA Gde Agung menekankan Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng menyampaikan beberapa hal yang sangat bermanfaat bagi Bali di bidang konservasi budaya.
“Beliau sebagai guru besar yang berkiprah di Yogyakarta, daerah dengan nuansa budayanya sangat kuat.
Merupakan kehormatan yang sangat luar biasa buat kami, Kagama Bali, sampai Rektor UGM langsung terjun ke Bali dalam rangka FGD (Focus Group Discussion) UGM Menyapa Alumni,” ucap AA Gde Agung.
Satu pesan untuk Kagama Bali, ungkap AA Gde Agung mari jaga persatuan, guyub, di mana pun kita berada.
“Bisa berada (alumni UGM, red) di lembaga politik, bisa di eksekutif, bisa juga di legislatif atau sebagai pengusaha. Kalau sudah memakai Kagama ya Kagama.
Soal adanya perbedaan itu hal biasa, Bhinneka Tunggal Ika. Itu harus kita pertahankan untuk kepentingan Kagama, nusa, dan bangsa,” tegas Bupati Badung 2 periode (2005-2015) itu.
AA Gde Agung mengaku kedatangan sosok rektor dari lembaga pendidikan tinggi terhormat yang memiliki ranking tertinggi di Indonesia (Survei Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings (WUR) tahun 2022, red) merupakan kehormatan luar biasa.
“Berkenan mampir di rumah saya yang jauh dari kota dan tidak dalam nuansa metropolitan. Dalam suasana desa Beliau berkenan santap malam di sini. Ini suatu kehormatan yang luar biasa.
“Kalau menteri, Polri, TNI, dan pejabat daerah sudah bisa datang ke Puri Ageng Mengwi. Baru kali ini saya kedatangan seorang rektor salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia, Universitas Gadjah Mada. ini luar biasa sehingga rasa hati saya juga berbeda,” ungkap sosok kharismatik kelahiran Badung, 25 Mei 1949.
Lebih jauh, disampaikan bahwa pesan Prof. Ir. Panut Mulyono soal konservasi budaya sangat mengapresiasi posisi di Bali di tengah arus deras globalisasi dan hantaman pengaruh asing dalam posisi Pulau Dewata sebagai destinasi pariwisata internasional.
“Bali tidak boleh lengah merespons adanya langkah-langkah yang mengarah pada pengikisan kekentalan budaya Bali.
Beliau sendiri sebagai seorang profesor perguruan tinggi menyampaikan hal tersebut. Ini harus menjadi referensi buat kita dalam rangka menjaga budaya Bali. Luar biasa. Sangat bermakna. Seorang profesor UGM telah memberikan pesan penuh makna kepada kita di Bali,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Pengda Kagama Bali, I Gusti Ngurah Agung Diatmika menegaskan alumni Kagama Bali berkomitmen memberi kontribusi positif bagi NKRI, khususnya UGM.
“UGM Menyapa Alumni menjadi kesempatan baik bagi para alumni UGM memberikan sumbang saran terbaik. Pengalaman kami pasca kuliah dan terjun ke masyarakat, hand user-nya adalah masyarakat.
Sehingga kita tahu apa kelebihan dan kekurangan pada masa kini untuk ke depannya Universitas Gadjah Mada jadi lebih baik. Intinya, Prof. Ir. Panut Mulyono adalah guru besar di perguruan tinggi, sementara Anak Agung Gde Agung adalah guru besar di masyarakat.
Pengalaman-pengalaman di masyarakat inilah yang kami sampaikan di FGD UGM Menyapa Alumni,” jelasnya singkat. (rba)