Kepala Desa Ban, I Gede Tamu Sugiantara menerangkan, saat ini kondisi di desanya masih dalam kondisi memperihatinkan. Mengingat Desa Ban menjadi desa yang paling parah mengalami dampak gempa.
Dari 15 banjar dinas dan 9 banjar adat yang ada hampir keseluruhan mengalami kerusakan.
Kerusakan yang paling parah terjadi di banjar Manik Aji, Lundungan, Darmaji, Temakung, Cegi, dan Jatituhu.
“Akses jalan tertutup material longsor sehingga bantuan tidak bisa masuk. Listrik di Jatituhu dan sebagian besar di Kecamatan Kubu banyak yang listriknya padam. Kami memohon agar segera ada perbaikan,” jelas Sugiantara.
Rencananya, Minggu (hari ini) ada 90 pasukan TNI dan 50 anggota Polri akan melakukan pembersihan material longsor pada sejumlah ruas jalan yang tertutup.
Peristiwa ini membuat warga di Desa Ban waswas adanya gempa susulan. Mengantisipasi terjadinya gempa susulan, warga tidak berani tidur di dalam rumah dan memilih untuk tidur di luar. “Masih sangat trauma, apalagi di Jatituhu itu, sudah tiga kali diguncang gempa skala besar. Dari gempa Gunung Agung, Lombok dan sekarang,” kata Kepala Desa Ban, I Gede Tamu Sugiantara.
Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, IB Ketut Arimbawa menuturkan hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan pendataan terkait dampak gempa.
Arimbawa mengatakan kerusakan terbanyak terjadi pada rumah warga dan tempat ibadah. Mengingat jarak rumah antara satu dengan lainnya cukup berjauhan. “Karena memang wilayah perbukitan,” terang Arimbawa.
Selain warga yang meninggal, lanjut Arimbawa, ada juga warga yang mengalami luka-luka. Terdapat 13 orang yang mengalami luka-luka. Empat di antaranya luka parah akibat tertimpa material runtuhan rumah. “Yang luka dirawat di RS Pratama Kubu, dan RSUD Karangasem,” jelasnya.
Warga yang memilih tidur di luar saat ini sudah diberikan fasilitas tenda. Sementara untuk bantuan masih belum bisa masuk. “Bantuan sudah banyak yang masuk. Besok baru akan disalurkan,” tandasnya.