SEMARAPURA- Hingga saat ini jukung masih menjadi pilihan warga untuk menyeberangkan barang-barangnya ke Kecamatan Nusa Penida. Seperti yang tampak di Pelabuhan Tradisional Tribuana, Kecamatan Dawan, Klungkung. Namun, memang peminatnya tidak sebanyak sebelum adanya KPM Nusa Jaya Abadi dan kapal LCT. Yang mana kondisi itu terkadang membuat pemilik jukung merugi lantaran pendapatan dari menyeberangkan barang tidak sebanding dengan biaya operasional.
Dewa Gede Oka, salah seorang pemilik jukung pengakut barang menuturkan ia mulai melayani penyeberangan barang menggunakan jukung di Pelabuhan Tribuana- Nusa Penida sejak tahun 1995. Pada saat itu, belum ada KPM Nusa Jaya Abadi dan kapal LCT. Sehingga penyeberangan barang ke Nusa Penida banyak memanfaatkan jukung.
“Pada saat itu, jukung milik saya melayani dua kali penyeberangan barang per harinya. Bahkan sampai tiga,” ujarnya.
Namun sejak adanya KMP Nusa Jaya Abadi dan LCT sekitar tahun 2000an, permintaan penyeberangan barang menggunakan jukungnya jauh menurun. Adapun kini jukung miliknya hanya berlayar satu kali per harinya. Yang mana selain material bangunan seperti, pasir, semen, pipa, jukungnya juga biasa menyeberangkan bahan pangan dan kebutuhan warga Nusa Penida lainnya.
“Dan biasanya hanya terisi setengah dari kapasitas yang ada. Kadang saya juga merugi karena jumlah barang yang diseberangkan sedikit sehingga pendapatan tidak sebanding dengan biaya operasional,” katanya.
Walau begitu ia tetap bertahan lantaran masih melihat peluang bisnis di sektor jasa penyeberangan barang menggunakan jukung tersebut. Terutamanya saat KMP Nusa Jaya Abadi menjalani pemeliharaan atau docking yang bisa menghabiskan waktu hingga satu bulan setiap tahunnya. “Kalau kapal roronya dalam masa perbaikkan, jumlah barang yang diseberangkan mengalami peningkatan. Pada saat itu, kami dapat untung lebih. Itu sebabnya sampai saat ini saya masih bertahan,” ungkapnya.
Apalagi jasanya sangat dibutuhkan oleh para pedagang kecil. Yang mana para pedagang kecil itu merasa lebih ekonomis bila menyeberang menggunakan jukung ketimbang menggunakan KMP Nusa Jaya Abadi. “Pedagang-pedagang kecil ini kecenderungannya tidak punya mobil pribadi untuk mengakut barang mereka, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan Nusa Jaya Abadi,” jelasnya.