AMLAPURA – Bantuan sosial untuk pembangunan balai banjar di Banjar Bau Kangin, Desa Nawa Kerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali menimbulkan polemik di warga. Proposal bansos berupa pembangunan balai banjar, ketika dananya sudah cair hanya jadi balai kulkul.
Warga pun mempertanyakan kejelasan dana bantuan sosial (bansos) dari Provinsi Bali yang dikelola Klian Adat Banjar Bau Kangin, I Nyoman Karta Sigiantara. Warga menuding, klian adat tidak transparan soal kejelasan bansos tersebut.
Salah seorang warga setempat yang namanya enggan dikorankan itu menceritakan awal mula adanya bansos tersebut. Kata dia, hal itu berawal dari pengajuan proposal di tahun 2018 lalu yang diperuntukkan pembangunan Balai Banjar. Kemudian bansos tersebut cair di tahun 2019 senilai Rp 100 juta.
“Awalnya bansos itu diperuntukkan pembangunan balai banjar. Karena lama cair, akhirnya dana pembangunan balai banjar menggunakan dana swadaya. Akhirnya bansos itu dialihkan pembangunannya untuk balai kulkul,” ujarnya Senin (17/1).
Saat bansos tersebut cair kata sumber ini, pengelolaannya total dilakukan oleh Klian Adat dan tidak transparan serta tanpa persetujuan dari krama banjar adat Bau Kangin.
“Uangnya sepenuhnya ada di klian adat. Sempat perdebatan panjang masalah pengelolaan karena ada panitia pembangunan untuk balai Banjar. Hingga akhirnya pembangunan balai Kulkul sampai sekarang terbengkalai,” tutur sumber.
Terkait hal ini, Klian Adat Banjar Bau Kangin, I Nyoman Karta menanggapi santai. Bahkan melalui pesan WhatsApp dia memberikan foto bangunan balai kulkul yang sudah jadi. Hanya saja belum ada kulkul.
“Saya ngomong apa adanya. Saya juga tidak khawatir dimasukkan koran karena faktanya memang balai kulkul sudah jadi,” kata Karta.
Koran ini juga mencocokkan dengan gambar yang dikirim oleh sumber bahwa foto tersebut sama. Dan balai kulkul sudah terbangun.
“Kulkulnya tinggal menaikkan saja. Nunggu sebentar lagi dan sudah selesai. Nanti kalau sudah naik saya kabari. Saya ngomong sesuai fakta saja,” bebernya.
Karta menambahkan, biaya untuk membangun balai kulkul dan administrasi habis Rp 100 juta.
“Kalau sama administrasi habis Rp 100 juta. Untuk membuat kulkul nya saja Rp 2 juta,” ucap Karta.
Dia memaklumi jika ada omongan miring di masyarakat.
“Namanya di kampung ada omongan ini ada omongan itu. Saya santai saja, saya berbicara apa adanya. Tidak mengurangi dan menambah. Bisa dicek ke lokasi langsung untuk pembuktian,” tandasnya.