SINGARAJA– Harga bawang di sejumlah pasar tradisional di Buleleng, Bali terus terkerek naik. Hingga kini lonjakan harga bahkan mencapai 50 persen dari harga normal.
Minimnya pasokan dari daerah penghasil bawang, dituding sebagai penyebab utama naiknya harga bawang.
Pantauan di Pasar Banyuasri Singaraja, harga bawang merah sebenarnya masih normal pada awal Februari 2022 lalu.
Saat itu harga bawang masih berada pada angka Rp 22 ribu per kilogram. Namun sejak pekan lalu, harga bawang terus naik. Semula kenaikan terbilang tipis. Hanya meningkat menjadi Rp 25 ribu hingga Rp 27 ribu per kilogram.
“Minggu lalu itu sempat sampai Rp 30 ribu sekilo. Terus mulai kemarin (Kamis, Red) harganya Rp 33 ribu sekilo. Memang dari pengepul harganya naik. Kami yang jualan di pasar, mau gimana lagi,” kata Desak Armini, salah seorang pedagang.
Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM Buleleng Dewa Made Sudiarta mengungkapkan, terjadi fluktuasi harga yang cukup mengejutkan.
Biasanya pada musim penghujan, harga komoditas cabai yang mengalami peningkatan. Sementara komoditas bawang merah, kalau toh ada kenaikan harga, disebut tak terlalu tinggi.
“Bisa dibilang ini anomali. Biasanya cabai yang naik tinggi. Sekarang kalau bawang merah kenaikannya sudah 50 persen. Kenaikan paling tinggi itu memang di minggu-minggu ini. Malah ada yang jual Rp 35 ribu per kilogram,” kata Sudiarta.
Menurutnya, kenaikan harga itu dipicu masalah distribusi pasokan. Saat ini pasokan di gudang-gudang distributor juga terbatas. Lantaran pasokan bawang merah kebanyakan berasal dari luar Buleleng. Seperti dari Kintamani, hingga Kabupaten Berebes di Jawa Tengah.
Ditambah lagi saat ini permintaan terhadap bawang merah cukup tinggi. “Sekarang kan lagi musim yadnya. Jadi kebutuhannya tinggi. Sedangkan di sisi lain, pasokan terbatas. Akhirnya terjadi kenaikan harga yang signifikan.
Kami prediksi minggu depan sudah mulai turun, karena beberapa daerah akan mulai panen raya,” demikian Sudiarta.