31.8 C
Denpasar
Friday, March 24, 2023

Sering Jadi Korban Bencana, Rumah Warga Desa Ban Dirancang Aman

AMLAPURA – Pascagempa yang meluluhlantahkan pemukiman warga Desa Ban pada Sabtu (16/10) lalu, pemerintah mulai berpikir tentang konsep pembangunan rumah yang ideal dan aman bagi warga setempat.

 

Saat ini, pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tengah melakukan survei rumah warga yang nantinya mendapat bantuan rehab melalui Dana Siap Pakai (DSP).

Pemkab Karangasem pun mendorong agar bantuan rehab rumah warga yang terdampak bisa menggunakan konsep semi permanen. Mengingat daerah tersebut sudah tiga kali menjadi langganan gempa bumi yang mengancam keselamatan.

 

Sekda Karangasem, I Ketut Sedana Merta mengungkapkan, pihak BNPB bersama BPBD sejak Rabu (20/10) lalu telah melakukan survei terhadap rumah warga yang mengalami kerusakan parah, sedang dan ringan. “Ya, dari kemarin (Rabu) rumah warga yang rusak sudah dicek yang nantinya diusulkan mendapat rehab melalui dana siap pakai,” kata Merta, Kamis (21/10).

 

Pihaknya mendorong agar rehabilitasi rumah warga nantinya dipadukan antara permanen dengan bahan kayu seperti bambu dan lainnya. Mengingat dalam kurun tiga kali gempa berkekuatan besar, rumah warga di Desa Ban selalu menjadi dampak paling serius dan rawan korban. “Demografi di sana kan perbukitan. Karena berada pada sesar yang bergerak setiap saat. Rawan longsor juga,” terangnya.

Baca Juga:  Gandeng Bumdes, Terapkan Layanan Pesan Antar Selama Pandemi Covid-19

 

Sehingga lanjut Sedana Merta, konsep yang paling pas dan aman yakni dengan memadukan antara bangunan permanen dengan bangunan berbahan kayu atau bambu. “Seperti rumah gedek itu yang paling memugkinkan. Sehingga ketika ada gempa, paling tidak jiwa selamat dan menghindari korban jiwa. Semoga tidak ada gempa susulan,” ucapnya.

 

Lebih lanjut mantan Kadis Pariwisata ini mengungkapkan, untuk melakukan relokasi warga agar tidak menempati rumah dengan jangkauan yang jauh dan berbukit. Hal tersebut tidak memungkinkan. Mengingat lahan yang dihuni merupakan lahan satu-satunya dan rata-rata memiliki garapan tanah untuk bercocok tanam. “Sumber penghidupan mereka juga ada di sana. Jadi yang paling pas membangun rumah semi permanen sebagai alternatifnya,” imbuhnya.

 

Sementara itu, disinggung soal bantuan sembako dan kebutuhan warga lainnya, Sedana Merta mengaku sangat aman. Bahkan hingga dua minggu ke depan kebutuhan warga baik di Desa Ban maupun di Desa Pempatan Kecamatan Rendang juga bisa terpenuhi. Bahkan, bantuan berupa logistik terus berdatangan dari para relawan. “Makanya untuk bantuan tidak semua didrop di Desa Ban atau Pempatan. Tapi dibawa ke posko. Sehingga ada penyeimbangan distribusi logistik. Sudah hampir 100 persen tersalurkan,” akunya.

Baca Juga:  Resmikan Poli Jiwa, Wabup Kembang: Poli Mata dan Poli Kulit Menyusul

 

Pihaknya pun telah melakukan rapat evaluasi pada Kamis kemarin terkait apakah tanggap darurat bencana ini akan diperpanjang atau tidak. “Kami putuskan hari ini. Apakah akan dilanjutkan atau tidak,” terang Sedana Merta.

 

Yang menjadi persoalan saat ini adalah, warga di Desa Ban mengalami krisis air bersih. Mengingat saat gempa berkekuatan 4,8 magnitudo mengguncang wilayah tersebut, sejumlah saluran pipa putus akibat terjangan material longsor. Selain itu, terdapat 175 cubang penampungan air rusak berat. “Makanya kami minta saluran pipa agar segera diperbaiki, sehingga kebutuhan air warga bisa terpenuhi. Sekarang ini warga memang mengalami masalah air,” terangnya.

 

Pihaknya berharap, tidak ada lagi gempa susulan dan tanah longsor yang mengancam keselamatan warga. Sehingga kehidupan masyarakat bisa kembali normal.



AMLAPURA – Pascagempa yang meluluhlantahkan pemukiman warga Desa Ban pada Sabtu (16/10) lalu, pemerintah mulai berpikir tentang konsep pembangunan rumah yang ideal dan aman bagi warga setempat.

 

Saat ini, pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tengah melakukan survei rumah warga yang nantinya mendapat bantuan rehab melalui Dana Siap Pakai (DSP).

Pemkab Karangasem pun mendorong agar bantuan rehab rumah warga yang terdampak bisa menggunakan konsep semi permanen. Mengingat daerah tersebut sudah tiga kali menjadi langganan gempa bumi yang mengancam keselamatan.

 

Sekda Karangasem, I Ketut Sedana Merta mengungkapkan, pihak BNPB bersama BPBD sejak Rabu (20/10) lalu telah melakukan survei terhadap rumah warga yang mengalami kerusakan parah, sedang dan ringan. “Ya, dari kemarin (Rabu) rumah warga yang rusak sudah dicek yang nantinya diusulkan mendapat rehab melalui dana siap pakai,” kata Merta, Kamis (21/10).

 

Pihaknya mendorong agar rehabilitasi rumah warga nantinya dipadukan antara permanen dengan bahan kayu seperti bambu dan lainnya. Mengingat dalam kurun tiga kali gempa berkekuatan besar, rumah warga di Desa Ban selalu menjadi dampak paling serius dan rawan korban. “Demografi di sana kan perbukitan. Karena berada pada sesar yang bergerak setiap saat. Rawan longsor juga,” terangnya.

Baca Juga:  Gandeng Bumdes, Terapkan Layanan Pesan Antar Selama Pandemi Covid-19

 

Sehingga lanjut Sedana Merta, konsep yang paling pas dan aman yakni dengan memadukan antara bangunan permanen dengan bangunan berbahan kayu atau bambu. “Seperti rumah gedek itu yang paling memugkinkan. Sehingga ketika ada gempa, paling tidak jiwa selamat dan menghindari korban jiwa. Semoga tidak ada gempa susulan,” ucapnya.

 

Lebih lanjut mantan Kadis Pariwisata ini mengungkapkan, untuk melakukan relokasi warga agar tidak menempati rumah dengan jangkauan yang jauh dan berbukit. Hal tersebut tidak memungkinkan. Mengingat lahan yang dihuni merupakan lahan satu-satunya dan rata-rata memiliki garapan tanah untuk bercocok tanam. “Sumber penghidupan mereka juga ada di sana. Jadi yang paling pas membangun rumah semi permanen sebagai alternatifnya,” imbuhnya.

 

Sementara itu, disinggung soal bantuan sembako dan kebutuhan warga lainnya, Sedana Merta mengaku sangat aman. Bahkan hingga dua minggu ke depan kebutuhan warga baik di Desa Ban maupun di Desa Pempatan Kecamatan Rendang juga bisa terpenuhi. Bahkan, bantuan berupa logistik terus berdatangan dari para relawan. “Makanya untuk bantuan tidak semua didrop di Desa Ban atau Pempatan. Tapi dibawa ke posko. Sehingga ada penyeimbangan distribusi logistik. Sudah hampir 100 persen tersalurkan,” akunya.

Baca Juga:  Kalah Saing Dari DKI Jakarta, PPKM di Bali Masih Bertahan di Level 2

 

Pihaknya pun telah melakukan rapat evaluasi pada Kamis kemarin terkait apakah tanggap darurat bencana ini akan diperpanjang atau tidak. “Kami putuskan hari ini. Apakah akan dilanjutkan atau tidak,” terang Sedana Merta.

 

Yang menjadi persoalan saat ini adalah, warga di Desa Ban mengalami krisis air bersih. Mengingat saat gempa berkekuatan 4,8 magnitudo mengguncang wilayah tersebut, sejumlah saluran pipa putus akibat terjangan material longsor. Selain itu, terdapat 175 cubang penampungan air rusak berat. “Makanya kami minta saluran pipa agar segera diperbaiki, sehingga kebutuhan air warga bisa terpenuhi. Sekarang ini warga memang mengalami masalah air,” terangnya.

 

Pihaknya berharap, tidak ada lagi gempa susulan dan tanah longsor yang mengancam keselamatan warga. Sehingga kehidupan masyarakat bisa kembali normal.


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru