Sekaa teruna sedang disibukkan menyiapkan ogoh-ogoh untuk diarak saat Ngerupuk yaitu malam menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945. Bahan-bahan yang digunakan harus ramah lingkungan. Seperti apa?
HIMPUNAN Generasi Muda Mel (HGMM) Intaran Sanur, Denpasar organisasi mewadahi lima sekaa teruna, terdiri dari Banjar Betngandang, Batu Jimbar, Semawang, Blanjong, dan Tanjung. Organisasi bertujuan sosial serta pelestarian budaya dan seni. Untuk pembuatan ogoh-ogoh mulai dari rangka sampai finshing bahan yang dipakai ramah lingkungan dengan ngulat. Bahannya kertas, koran bekas, bambu, dan isolasi kertas.
Ada yang 100 persen ngulat tanpa memakai styrofoam. Dari badan, kaki, tangan sampai topengnya. Ada juga yang masih pakai styrofoam pada bagian sulit dibuat seperti kaki dan topeng. Tentunya pamakian styrofoam dibatasi maksimal 20 persen.“ Bagian tapel (topeng), telapak kaki dan tangan diperbolehkan memakai styrofoam,” ungkap Ketua HGMM Kadek Agus Aryawan atau yang akrab disapa Rudock saat diwawancarai Jawa Pos Radar Bali, kemarin (23/2/2023).
Rudock menuturkan HGMM setiap tahun mengadakan lomba ogoh-ogoh sejak 2000 lalu. Penggunaan bahan ramah lingkungan diwajibkan sejak tahun 2000. Komposisinya, 75 persen bahan ramah lingkungan dan 25 persen styrofoam. “Sempat kami meniadakan lomba ogoh-ogoh. Cuma hanya parade saja waktu bahan dibebaskan,” ucapnya. Lanjutnya, kembali digalakkan ogoh-ogoh dengan bahan ramah lingkungan dengan wajib ngulat tahun 2018.
Tema ogoh-ogoh yang dilombakan tahun ini adalah Celuluk. Bentuknya tentu seram. Ciri-ciri pada umumnya mata yang berlubang, gigi besar , kepala bagian depan botak dan tertawa. Khusus tahun 2023 ini diperbolehkan memakai bahan styrofoam dengan komposisi 80 persen ngulat dan maksimal bahan styrofoam 20 persen. Namun, ada beberapa sekaa teruna yang sepenuhnya memakai ngulat.
“Kenapa Celuluk nanti baru kami bisa sampaikan kami post di media sosial Instagram @hgmm_intaransanur kami awal Maret,” ucapnya.
Jumlah ogoh-ogoh dari HGMM saat Ngerupuk Nyepi Tahun Baru Saka 1945sekitar 15 sampai 20. Lima ogoh-ogoh utama dari masing-masing sekaa teruna dan ditambah ogoh-ogoh pengiring yang dibuat oleh anak-anak yang belum masuk STT. “Jumlah ogoh-ogoh tidak pasti. Yang pasti ogoh-ogoh utama lima dari STT. Pengiring biasanya H-3 atau H-2 baru mereka datang ke banjar-banjar untuk daftarin ogoh-ogoh mereka untuk diarak di masing-masing banjar ada di Mel ini. Soalnya ogoh-ogoh pengiring dari sekaa anak-anak jadi agak susah mendatanya. Bahkan hari H dibawa ke banjar, ” terang Rudock.
Ogoh-ogoh utama dan pengiring akan diarak sesuai rute parade lomba yang diselenggarakan HGMM. Tidak hanya menampilkan boneka raksasa, para sekaa teruna menampilkan tari-tarian sesuai tema ogoh-ogoh. Para muda-mudi diberikan kebebasan mengenai gerak tarian atau koreografinya.
“Rutenya seputaran wilayah Mel Intaran dan lebih sering berpusat atau titik akhir di Pantai Mertasari. Selesai diarak langsung pembongkaran ogoh-ogoh dan sampahnya dibuang ke TPA,” ucapnya
Berkenaan gerakan tarian berkaca dari tahun sebelumnya, ceritanya seputaran pewayangan, cerita rakyat/ babad. ” Dan juga sempat untuk ajian pengiwa (pengeleakan),” ucapnya lagi
Rudock menerangkan organisasi HGMM ini mewadahi lima sekaa teruna untuk kegiatan sosial dan budaya. Dijelaskan, secara tradisi, ogoh-ogoh merupakan sebuah sarana untuk nyomya bhuta kala saat Tilem Kesanga atau yang lebih dikenal dengan malam Pangerupukan. Pembuatan ogoh-ogoh juga sebagai wadah kreativitas anak muda. (ni kadek novi febriani/rid)