TABANAN – Pendapatan dari retribusi pasar di Tabanan terbilang memble. Pada tahun 2021, hanya bisa mraup Rp4,5 miliar dari target yang dibebankan Rp6,2 miliar. Kini, Pemkab Tabanan pun menambah e-retribution atau pemungutan retribusi secara elektronik dengan harapan target bisa tercapai.
“Sekarang sudah bertambah satu pasar lagi. Dari 15 pasar yang ada di Tabanan, sekarang jadi enam pasar. Pasar Penebel yang terakhir (diterapkan retribusi elektronik),” jelas Kepala Disperindag, I Putu Santika, Minggu (23/1).
Saat ini, sambung dia, proses penerapan retribusi elektronik terus dipacu agar bisa berlaku di tiap pasar. Selain tujuannya untuk menutupi potensi kebocoran pendapatan.
“Sekarang lagi proses untuk Pasar Tabanan. Ini pasar paling banyak pedagangnya. Ada 900 lebih pedagang itu,” sebutnya.
Menurutnya, pendataan di Pasar Tabanan sedang dilakukan. Namun ini memerlukan waktu karena jumlah pedagangnya yang relatif banyak.
“Kami sudah sempat rapat dengan BPD dan koordinator pasar. Biar cepat. Mudah-mudahan bisa (diterapkan) tahun depan. Malahan bukan tahun depan. Tapi pada Juni ini sudah bisa semua,” tegasnya.
Dia menyebutkan keseluruhan pasar dalam artian pasar mana yang proses pendataan selesai lebih awal agar secepatnya bisa menerapkan retribusi elektronik.
“Mana yang duluan selesai pendataan, itu yang langsung digarap. Karena secara teknis (penerapannya perlu) waktu. BPD juga terbatas waktunya,” imbuhnya.
Disinggung soal realisasi retribusi pasar di tahun lalu, Santika menyebutkan capaiannya mentok sebesar Rp 4,5 miliar dari target yang ditetapkan sebesar Rp 6,2 miliar.
“Realisasi ini kaitannya dengan kondisi pasar juga sepanjang 2021. Banyak pedagang yang memilih tutup. Karena situasi pandemi. Sekarang targetnya masih sama. Rp 6,2 miliar. Kami coba saja. Tercapai atau tidak, kan namanya target, ya, diusahakan saja dulu. Retribusi elektronik ini salah satu usahanya,” tandasnya.