25.4 C
Denpasar
Sunday, April 2, 2023

Warga Tak Lagi Mampu Bayar Tagihan, Pendapatan PDAM Gianyar Anjlok

GIANYAR-Pendapatan Perusahaan daerah air minum (Perumda) Tirta Sanjiwani Gianyar, Bali diklaim mengalami penurunan signifikan.

 

Bahkan dibandingkan tahun sebelumnya (2020), Pemasukan PDAM Tirta Sanjiwani anjlok pada semester pertama 2021. Sesuai catatan pendapatan, penurunan pendapatan Perumda Tirta Sanjiwani mencapai Rp 1 miliar lebih.

 

Seperti dibenarkan Direktur Utama Perumda Tirta Sanjiwani Gianyar I Made Sastra Kencana, Kamis (24/6).

 

Dikatakan, penyebab penurunan pendapatan perumda Tirta Sanjiwani, ini disebabkan akibat dampak pandemi Covid-19.

 

Terjadinya krisis berkepanjangan akibat wabah pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2019 mengakibatkan daya beli masyarakat di Gianyar menurun.  

 

 

“Ada pelanggan berhenti, ada yang tidak mampu bayar, ada punya sambungan lain, serta putus akibat tidak ada kemampuan finansial dan memanfaatkan air sumur,” jelasnya.

Baca Juga:  Pengungsi di Buleleng Tembus 10 Ribu, Isi Waktu dengan Bikin Porosan

 

Kata Sastra, pendapatan Perumda Tirta Sanjiwani Gianyar dikatakan masih dalam kondisi stabil saat awal pandemi Covid-19 (2019) dengan total pendapatan sebesar di Rp 7,3 miliar.

 

“Pada 2020 pendapatan mulai mengalami penurunan sekitar Rp 1,5 miliar atau total pendapatan sekitar Rp 6 miliar. Begitu masuk 2021, kondisi pendapatan terus menurun,”imbuhnya

 

Apalagi, imbuh Sastra, sebagai daerah pariwisata, Ubud merupakan salah satu penyumbang penurunan pendapatan.

 

Bahkan penurunan di Ubud mencapai Rp 1 miliar lebih.

 

Akibat anjloknya pendapatan, pihaknya berupaya melakukan stabilitas pelayanan.

 

“Dengan penurunan ini, kami komitmen bayar listrik, pegawai, dan penuhi biaya operasi lainnya dikurangi,” ujarnya.

 

Bahkan, pihaknya mengadakan revisi anggaran. “Kami tekan biaya listrik. Kalau pagi full listrik, malam dikurangi. Termasuk biaya alat tulis kantor (ATK),” jelasnya.

Baca Juga:  Kesampingan Paruman, Warga Adat Liligundi Geruduk Kantor Desa Bebandem

Selain itu, untuk perbaikan, pihaknya tak lagi melibatkan pihak kedua. “Kalau dulu pakai pihak kedua atau mitra, sekarang ditangani oleh pegawai. Kalau rusak ringan langsung kami ambil. Kalau rusak berat baru mitra,” terangnya.

 

Lebih lanjut, akibat berkurangnya pendapatan, ia tak menampik jika kondisi ini akan berpengaruh pada Pendapatan Asli Daerah (PAD).

 

 “Waktu sebelum pandemi, laba Rp 7 miliar lebih. Ke PAD kami setor Rp 4,2 miliar,” ujarnya.

 

Kemudian, pada 2020, laba turun menjadi Rp 1,5 miliar. Sehingga yang disetor sebanyak 55 persen ke PAD atau sebesar Rp 825 juta.

 

“Untuk per Juni 2021, ada laba kotor Rp 1,2 miliar. Masih bisa bergerak melewati Pandemi di semester pertama,” pungkasnya.



GIANYAR-Pendapatan Perusahaan daerah air minum (Perumda) Tirta Sanjiwani Gianyar, Bali diklaim mengalami penurunan signifikan.

 

Bahkan dibandingkan tahun sebelumnya (2020), Pemasukan PDAM Tirta Sanjiwani anjlok pada semester pertama 2021. Sesuai catatan pendapatan, penurunan pendapatan Perumda Tirta Sanjiwani mencapai Rp 1 miliar lebih.

 

Seperti dibenarkan Direktur Utama Perumda Tirta Sanjiwani Gianyar I Made Sastra Kencana, Kamis (24/6).

 

Dikatakan, penyebab penurunan pendapatan perumda Tirta Sanjiwani, ini disebabkan akibat dampak pandemi Covid-19.

 

Terjadinya krisis berkepanjangan akibat wabah pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2019 mengakibatkan daya beli masyarakat di Gianyar menurun.  

 

 

“Ada pelanggan berhenti, ada yang tidak mampu bayar, ada punya sambungan lain, serta putus akibat tidak ada kemampuan finansial dan memanfaatkan air sumur,” jelasnya.

Baca Juga:  Woow…Trek Wisata Kuber Melintasi Tukad Mati dan Goa Jepang

 

Kata Sastra, pendapatan Perumda Tirta Sanjiwani Gianyar dikatakan masih dalam kondisi stabil saat awal pandemi Covid-19 (2019) dengan total pendapatan sebesar di Rp 7,3 miliar.

 

“Pada 2020 pendapatan mulai mengalami penurunan sekitar Rp 1,5 miliar atau total pendapatan sekitar Rp 6 miliar. Begitu masuk 2021, kondisi pendapatan terus menurun,”imbuhnya

 

Apalagi, imbuh Sastra, sebagai daerah pariwisata, Ubud merupakan salah satu penyumbang penurunan pendapatan.

 

Bahkan penurunan di Ubud mencapai Rp 1 miliar lebih.

 

Akibat anjloknya pendapatan, pihaknya berupaya melakukan stabilitas pelayanan.

 

“Dengan penurunan ini, kami komitmen bayar listrik, pegawai, dan penuhi biaya operasi lainnya dikurangi,” ujarnya.

 

Bahkan, pihaknya mengadakan revisi anggaran. “Kami tekan biaya listrik. Kalau pagi full listrik, malam dikurangi. Termasuk biaya alat tulis kantor (ATK),” jelasnya.

Baca Juga:  Dibekali berbagai Ketrampilan dan usaha, Hasilnya Dibagi Rata

Selain itu, untuk perbaikan, pihaknya tak lagi melibatkan pihak kedua. “Kalau dulu pakai pihak kedua atau mitra, sekarang ditangani oleh pegawai. Kalau rusak ringan langsung kami ambil. Kalau rusak berat baru mitra,” terangnya.

 

Lebih lanjut, akibat berkurangnya pendapatan, ia tak menampik jika kondisi ini akan berpengaruh pada Pendapatan Asli Daerah (PAD).

 

 “Waktu sebelum pandemi, laba Rp 7 miliar lebih. Ke PAD kami setor Rp 4,2 miliar,” ujarnya.

 

Kemudian, pada 2020, laba turun menjadi Rp 1,5 miliar. Sehingga yang disetor sebanyak 55 persen ke PAD atau sebesar Rp 825 juta.

 

“Untuk per Juni 2021, ada laba kotor Rp 1,2 miliar. Masih bisa bergerak melewati Pandemi di semester pertama,” pungkasnya.


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru