AMLAPURA – Destinasi pariwisata Bali benar-benar terpukul dari dua sisi. Pasar domestik terpukul dengan adanya aturan wajib PCR bagi penumpang pesawat di Jawa-Bali, di sisi lain lain wisatawan mancanegara terpukul akibat banyak aturan, terutama wajib PCR dua kali (sebelum dan sesudah karantina) dan karantina lima hari.
Kondisi ini pun dikeluhkan pelaku pariwisata. Untuk wisatawan domestik, meski baru diberlakukan per 24 Oktober 2021 ini, aturan sudah langsung terasa oleh para pelaku pariwisata.
Seperti disampaikan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Karangasem, I Wayan Kariasa, Sabtu (23/10). Menurut Kariasa, akibat aturan wajib PCR bagi penumpang pesawat, calon tamu atau wisatawan domestik dari Jakarta dan Surabaya membatalkan kunjungan ke Karangasem.
“Orang yang mau ke Karangasem jadi berpikir lagi. Karena ada biaya akomodasi tambahan, yaitu tes PCR yang harganya lumayan,” terangnya.
Tes PCR ini, kata Kariasa, akan lebih terasa lagi bila wisawatan domestik itu merupakan rombongan keluarga. Sekadar diketahui, pemerintah saat ini telah menetapkan tarif tertinggi Rp495 ribu. Maka, dengan adanya wajib PCR ini, untuk satu orang saja, pergi-pulang sudah mengeluarkan biaya Rp990 ribu.
“Kalau mereka rombongan keluarga ini kan berat sekali. Sudah ada tamu saya dari Jakarta dan Surabaya yang akan berkunjung ke Karangasem terpaksa batal,” terang Kariasa.
Kariasa pun menyatakan, kondisi tersebut tak jauh berbeda dengan wisatawan mancanegara. Kata dia, kewajiban menjalani karantina selama hari juga membuat wisatawan mancanegara ogah ke Bali.
Hal tersebut menurutnya sangat menghambat laju pemulihan pariwisata di Bali. Bahkan, tamu dari Eropa yang sebelumnya akan berkunjung ke Karangasem terpaksa membatalkan jadwal kunjungan ke Bali.
“Karantina kan ditanggung wisatawannya. Dia terkendala waktu dan juga biaya ditanggung sendiri. Sehingga batal datang,” paparnya.
Dia mengkhawatirkan, para wisatawan mancanegara yang sebelumnya berencana liburan ke Bali mengalihkan destinasi menuju Thailand. Mengingat negara berjuluk Gajah Putih itu menjadi rival Bali dalam menggaet kunjungan wisatawan mancanegara.
Karena, lanjut dia, dalam waktu dekat Thailand juga akan membuka pariwisata untuk wisatawan mancanegara tanpa karantina.
“Per November Thailand sudah buka. Makanya ini akan cukup berat kalau aturan ini tetap diberlakukan. Saat ini, okupansi kamar hotel di Karangasem masih sangat rendah, di bawah 10 persen,” tandasnya.