29.8 C
Denpasar
Saturday, June 3, 2023

Para Istri Dibekali Belajar Buat Banten Biukukung

TABANAN– Sejumlah istri-istri dari para petani yang ada di masing-masing desa di Tabanan tampak datang ke Museum Subak Tabanan, Selasa (26/10). Mereka datang dengan mengenakan pakaian adat Bali bukan untuk melakukan upacara atau mendapat bantuan. Melainkan mereka mengikuti belajar membuat Banten Biukukung.

 

Banten Biukukung biasanya banten untuk upacara di lahan pertanian padi ketika padi sudah memasuki usia 3 bulan. Ritual Biukukung bagi para petani dipercaya untuk kesuburan tanaman padi. Selain agar terhindari dari serangan hama, juga agar hasil padi mereka saat panen pelimpah.

Saat pelatihan pembuatan Banten Biukukung digelar di areal Museum Subak Tabanan para ibu-ibu istri dari petani ini tampak antusias mengikuti. Selain diberikan pelatihan pula juga diberikan pemahaman soal fungsi dan tujuan dari upacara Biukukung di lahan pertanian.

 

Kepala UPTD Museum Subak Tabanan Ida Ayu Ratna Pawitrani mengatakan ada sebanyak 48 pasikian paiketan krama istri (Pakis) dengan sasaran yakni istri-istri dari para petani yang ada di Tabanan. Belajar pembuatan banten Biukukung digelar dari tanggal 20 Oktober sampai 2 November 2021. Dengan tetap mengikuti protokol kesehatan Covid-19.

Baca Juga:  Puting Beliung Ngamuk, Potong Pohon Tumbang, Tewas Tersengat Listrik

 

Membekali istri-istri para petani dengan melatih membuat banten BIukukung bukan tanpa sebab. Selain untuk memperkuat dan melestarikan tradisi dilahan pertanian, karena banten Biukung adalah sarana upacara di lahan pertanian padi. Juga memberikan ingatkan kepada ibu-ibu bahwa banten Biukukung memiliki fungsi dan makna yang sangat luar biasa.

“Jadi mengapa kami harus mengajar pembuatan banten ini dengan menyasar ibu-ibu atau warga yang masih memiliki lahan persawahan yang ditanami padi. Agar mereka tetap ingat, tidak memudarkan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan oleh petani,” terangnya.

 

Menurutnya Banten Biukukung biasanya sebagai sarana saat Upacara Biukukung digelar di lahan pertanian ketika padi sudah berusia 3 bulan atau padi sudah berisi cairan susu yang dianggap petani padi sudah hamil.

Baca Juga:  Diguncang Gempa Dua Kali, Warga Lereng Gunung Agung Panik

 

Dengan tujuan utama Upacara Biukukung sesuai dengan ajaran Agama Hindu dan kepercayaan masyarakat dilaksanakan agar nantinya padi tumbuh dengan subur dan hasil panenan melimpah ruah.

 

“Selain itu ritual ini diyakini untuk menghilangkan bahaya (untuk keselamatan) padi yang sedang hamil dan siap untuk melahirkan. Kemudian juga jauh dari segala macam gangguan dan bahaya. Salah satu serangan hama dan wabah penyakit,” tuturnya.

 

Sementara untuk bahan dan tetandingan pembuatan banten Biukukung mengacu pada lontar yang ada. Dalam Lontar Bhagawan Sukra, misalnya bahan dan tetandingan yang harus ada buah, canang sari, tipat blayag, tipat nasi, canang payasan dan lainnya. 



TABANAN– Sejumlah istri-istri dari para petani yang ada di masing-masing desa di Tabanan tampak datang ke Museum Subak Tabanan, Selasa (26/10). Mereka datang dengan mengenakan pakaian adat Bali bukan untuk melakukan upacara atau mendapat bantuan. Melainkan mereka mengikuti belajar membuat Banten Biukukung.

 

Banten Biukukung biasanya banten untuk upacara di lahan pertanian padi ketika padi sudah memasuki usia 3 bulan. Ritual Biukukung bagi para petani dipercaya untuk kesuburan tanaman padi. Selain agar terhindari dari serangan hama, juga agar hasil padi mereka saat panen pelimpah.

Saat pelatihan pembuatan Banten Biukukung digelar di areal Museum Subak Tabanan para ibu-ibu istri dari petani ini tampak antusias mengikuti. Selain diberikan pelatihan pula juga diberikan pemahaman soal fungsi dan tujuan dari upacara Biukukung di lahan pertanian.

 

Kepala UPTD Museum Subak Tabanan Ida Ayu Ratna Pawitrani mengatakan ada sebanyak 48 pasikian paiketan krama istri (Pakis) dengan sasaran yakni istri-istri dari para petani yang ada di Tabanan. Belajar pembuatan banten Biukukung digelar dari tanggal 20 Oktober sampai 2 November 2021. Dengan tetap mengikuti protokol kesehatan Covid-19.

Baca Juga:  Diguncang Gempa Dua Kali, Warga Lereng Gunung Agung Panik

 

Membekali istri-istri para petani dengan melatih membuat banten BIukukung bukan tanpa sebab. Selain untuk memperkuat dan melestarikan tradisi dilahan pertanian, karena banten Biukung adalah sarana upacara di lahan pertanian padi. Juga memberikan ingatkan kepada ibu-ibu bahwa banten Biukukung memiliki fungsi dan makna yang sangat luar biasa.

“Jadi mengapa kami harus mengajar pembuatan banten ini dengan menyasar ibu-ibu atau warga yang masih memiliki lahan persawahan yang ditanami padi. Agar mereka tetap ingat, tidak memudarkan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan oleh petani,” terangnya.

 

Menurutnya Banten Biukukung biasanya sebagai sarana saat Upacara Biukukung digelar di lahan pertanian ketika padi sudah berusia 3 bulan atau padi sudah berisi cairan susu yang dianggap petani padi sudah hamil.

Baca Juga:  Fantastis! Pemilihan Perbekel, Pemkab Jembrana Anggarkan Rp 1, 8 M

 

Dengan tujuan utama Upacara Biukukung sesuai dengan ajaran Agama Hindu dan kepercayaan masyarakat dilaksanakan agar nantinya padi tumbuh dengan subur dan hasil panenan melimpah ruah.

 

“Selain itu ritual ini diyakini untuk menghilangkan bahaya (untuk keselamatan) padi yang sedang hamil dan siap untuk melahirkan. Kemudian juga jauh dari segala macam gangguan dan bahaya. Salah satu serangan hama dan wabah penyakit,” tuturnya.

 

Sementara untuk bahan dan tetandingan pembuatan banten Biukukung mengacu pada lontar yang ada. Dalam Lontar Bhagawan Sukra, misalnya bahan dan tetandingan yang harus ada buah, canang sari, tipat blayag, tipat nasi, canang payasan dan lainnya. 


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru