24.8 C
Denpasar
Sunday, June 4, 2023

Cuaca Ekstrem Masih Mengancam, Masyarakat Diminta Waspada Beraktivitas di Laut

MANGUPURA, Radar Bali.id – Bali masih dilanda cuaca ekstrem hujan lebat yang disertai angin kencang. Tidak hanya itu, juga terjadi gelombang tinggi di perairan Bali.

Bahkan ada sejumlah kejadian seperti pemancing yang hilang akibat sampan yang ditumpangi terhantam ombak saat melaut dari Pantai Labuan Sait. Masyarakat pun dihimbau untuk waspada beraktivitas di laut.

Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menerangkan bahwa kondisi cuaca saat ini secara umum berpotensi hujan ringan-lebat di wilayah Bali bagian Barat, Tengah, Utara dan Timur kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif akibat kondisi labilitas yang kuat di wilayah Bali.

Kondisi ini mendukung pertumbuhan awan hujan secara lokal di wilayah Bali. Selain itu juga terdapat pertemuan dan belokan angin di sekitar wilayah Bali yang dapat menimbulkan potensi pertumbuhan awan konvektif penyebab terjadinya hujan.

Suhu muka laut di sekitar wilayah Bali umumnya berkisar antara 28-30 derajat celcius. Suhu muka laut yang hangat dapat meningkatkan potensi penguapan (penambahan massa uap air) di wilayah Bali. Massa udara basah terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga lapisan 700 mb (3.000 meter).

“Prediksi cuaca tiga hari ke depan cerah berawan. Berpotensi hujan ringan-lebat di wilayah Bali bagian Barat, Tengah, Utara dan Timur. Angin umumnya bertiup dari arah Selatan-Barat dengan kecepatan berkisar antara 5-32 Km per jam. Tinggi gelombang di Perairan Utara Bali berkisar antara 0,25-1 meter, di Perairan Selatan Bali berkisar antara 0,75-2,5 meter, di Selat Bali berkisar antara 0,75-2 meter dan di Selat Lombok berkisar antara 0,75-2 meter,” jelasnya, Selasa (28/3/2023).

Baca Juga:  Cuaca Ekstrem, Pohon Cemara Tumbang Timpa Pura Luhur Puncak Mangu

Begitu juga BMKG juga mengeluarkan peringatan dini untuk waspada potensi hujan yang dapat disertai petir atau kilat di wilayah Bali bagian Barat, Tengah, Utara dan Timur serta tinggi gelombang dapat mencapai 2 meter atau lebih di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian Selatan, Perairan Selatan Bali dan Samudera Hindia selatan Bali.

Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan kilat atau petir.

“Selain itu masyarakat umum, nelayan dan pelaku kegiatan wisata bahari mewaspadai potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter atau lebih di sekitar perairan selatan Bali,” bebernya.

Selain itu, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Kuta Selatan, menghimbau masyarakat yang melaut agar melengkapi diri dengan jaket pelampung.

Jaket Pelampung atau life jacket merupakan sarana keselamatan diri apabila kapal mengalami kecelakaan di laut.  “Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), pengenaan jaket pelampung harus dilakukan saat berlayar. Selain itu, juga tetap mengikuti himbauan dari BMKG.  Karena SOPnya life jacket harus tetap dipakai untuk pencegahan adanya musibah,” jelas Kepala UPTD Balawista Kuta Selatan, I Wayan Somer.

Baca Juga:  Berkas Korupsi Santunan Kematian Rampung, Berpotensi Tambah Tersangka

Menurutnya, terdapat 11 pos di Kuta Selatan untuk melakukan pengawasan. Dalam satu pos  dilakukan pengawasan dua shift kerja, yaitu pagi dan sore.

Pengawasan meliputi daerah pantai Kelan, Kedonganan, Jimbaran, Dreamland, Bingin, Labuan Sait, Uluwatu, Melasti, Pandawa. “Kemudian kawasan ITDC ada tiga pos. Pengawasan dilakukan sepanjang petugas bisa melihat atau memantau,” ungkapnya.

Imbuhnya pengawasan di pantai lebih memprioritaskan kepada pengunjung yang melakukan rekreasi. Namun, jika ada laporan kejadian perahu terbalik atau tenggelam, akan tetap membantu proses pencarian. “Pencarian ini biasanya dilakukan bersama stakeholder lainnya. Kami tetap memberikan pertolongan kepada nelayan yang mengalami musibah,”  terangnya.

Sementara ia juga mengakui saat ini masih kekurangan anggota. Terlebih seharusnya dalam satu pos ada 7-8 orang petugas. Hanya saja saat ini dalam menjalankan tugas pengawasan hanya ada 56 orang petugas untuk 11 pos. “Kami kekurangan personel 22 orang, namun ada kebijakan sekarang tidak menerima tenaga kontrak dari pemerintah pusat, tentunya ini membuat kami kesulitan menambah tenaga,” pungkasnya. [made dwija putra/radar bali]

 

 



MANGUPURA, Radar Bali.id – Bali masih dilanda cuaca ekstrem hujan lebat yang disertai angin kencang. Tidak hanya itu, juga terjadi gelombang tinggi di perairan Bali.

Bahkan ada sejumlah kejadian seperti pemancing yang hilang akibat sampan yang ditumpangi terhantam ombak saat melaut dari Pantai Labuan Sait. Masyarakat pun dihimbau untuk waspada beraktivitas di laut.

Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menerangkan bahwa kondisi cuaca saat ini secara umum berpotensi hujan ringan-lebat di wilayah Bali bagian Barat, Tengah, Utara dan Timur kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif akibat kondisi labilitas yang kuat di wilayah Bali.

Kondisi ini mendukung pertumbuhan awan hujan secara lokal di wilayah Bali. Selain itu juga terdapat pertemuan dan belokan angin di sekitar wilayah Bali yang dapat menimbulkan potensi pertumbuhan awan konvektif penyebab terjadinya hujan.

Suhu muka laut di sekitar wilayah Bali umumnya berkisar antara 28-30 derajat celcius. Suhu muka laut yang hangat dapat meningkatkan potensi penguapan (penambahan massa uap air) di wilayah Bali. Massa udara basah terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga lapisan 700 mb (3.000 meter).

“Prediksi cuaca tiga hari ke depan cerah berawan. Berpotensi hujan ringan-lebat di wilayah Bali bagian Barat, Tengah, Utara dan Timur. Angin umumnya bertiup dari arah Selatan-Barat dengan kecepatan berkisar antara 5-32 Km per jam. Tinggi gelombang di Perairan Utara Bali berkisar antara 0,25-1 meter, di Perairan Selatan Bali berkisar antara 0,75-2,5 meter, di Selat Bali berkisar antara 0,75-2 meter dan di Selat Lombok berkisar antara 0,75-2 meter,” jelasnya, Selasa (28/3/2023).

Baca Juga:  Stafsus Presiden Dorong Undiksha Universitas Reputasi Internasional

Begitu juga BMKG juga mengeluarkan peringatan dini untuk waspada potensi hujan yang dapat disertai petir atau kilat di wilayah Bali bagian Barat, Tengah, Utara dan Timur serta tinggi gelombang dapat mencapai 2 meter atau lebih di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian Selatan, Perairan Selatan Bali dan Samudera Hindia selatan Bali.

Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan kilat atau petir.

“Selain itu masyarakat umum, nelayan dan pelaku kegiatan wisata bahari mewaspadai potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter atau lebih di sekitar perairan selatan Bali,” bebernya.

Selain itu, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Kuta Selatan, menghimbau masyarakat yang melaut agar melengkapi diri dengan jaket pelampung.

Jaket Pelampung atau life jacket merupakan sarana keselamatan diri apabila kapal mengalami kecelakaan di laut.  “Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), pengenaan jaket pelampung harus dilakukan saat berlayar. Selain itu, juga tetap mengikuti himbauan dari BMKG.  Karena SOPnya life jacket harus tetap dipakai untuk pencegahan adanya musibah,” jelas Kepala UPTD Balawista Kuta Selatan, I Wayan Somer.

Baca Juga:  Hujan Lebat di Puncak, Material Batu Tutup Jalan Wanagiri

Menurutnya, terdapat 11 pos di Kuta Selatan untuk melakukan pengawasan. Dalam satu pos  dilakukan pengawasan dua shift kerja, yaitu pagi dan sore.

Pengawasan meliputi daerah pantai Kelan, Kedonganan, Jimbaran, Dreamland, Bingin, Labuan Sait, Uluwatu, Melasti, Pandawa. “Kemudian kawasan ITDC ada tiga pos. Pengawasan dilakukan sepanjang petugas bisa melihat atau memantau,” ungkapnya.

Imbuhnya pengawasan di pantai lebih memprioritaskan kepada pengunjung yang melakukan rekreasi. Namun, jika ada laporan kejadian perahu terbalik atau tenggelam, akan tetap membantu proses pencarian. “Pencarian ini biasanya dilakukan bersama stakeholder lainnya. Kami tetap memberikan pertolongan kepada nelayan yang mengalami musibah,”  terangnya.

Sementara ia juga mengakui saat ini masih kekurangan anggota. Terlebih seharusnya dalam satu pos ada 7-8 orang petugas. Hanya saja saat ini dalam menjalankan tugas pengawasan hanya ada 56 orang petugas untuk 11 pos. “Kami kekurangan personel 22 orang, namun ada kebijakan sekarang tidak menerima tenaga kontrak dari pemerintah pusat, tentunya ini membuat kami kesulitan menambah tenaga,” pungkasnya. [made dwija putra/radar bali]

 

 


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru