27.6 C
Denpasar
Thursday, March 23, 2023

Badung Tetapkan 21 Nominasi Ogoh-ogoh Terbaik, Ini Mereka yang Lolos Karyanya

MANGUPURA, Radar Bali.id – Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) Badung telah menetapkan 21 ogoh-ogoh se- Kabupaten sebagai nominasi terbaik pada penilaian tingkat zona. Para nominasi terbaik tersebut akan dilakukan penilaian kembali di tingkat kabupaten yang berlangsung dari tanggal 12-14 Maret 2023 mendatang untuk menentukan yang terbaik.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, I Gde Eka Sudarwitha mengatakan bahwa untuk penilaian terhadap ogoh-ogoh karya Sekaa Teruna (ST) dan Yowana di Kabupaten Badung melalui dua penilaian. Pertama penilaian tingkat zona dan penilaian tingkat kabupaten.

Namun untuk tingkat zona penilaian dibagi menjadi tujuh zona dan dicari tiga terbaik di masing-masing zona. Karena di Badung ada 594 sekaa teruna dan yowana di Gumi Keris yang dinilai karya ogoh-ogohnya.

Baca Juga:  Bupati Giri Prasta Suntik Dana Kreativitas Ogoh-Ogoh Rp 15 Juta untuk Sekaa Teruna

“Penilaian pertama dilakukan di tingkat zona. Ada tujuh zona yang kami tentukan. Masing-masing zona sudah diputuskan tiga nominasi terbaik, dan sudah diumumkan pada 5 Maret 2023.  Ada 21 ogoh-ogoh yang nantinya akan dinilai pada penilaian tingkat kabupaten,” ujarnya, Kamis (9/3/2023).

Lebih lanjut, penilaian tingkat kabupaten akan ditentukan 6 juara. Yakni terbaik I, II, III, Harapan I, Harapan II, dan Harapan III.  Namun untuk unsur-unsur penilaian sejatinya sama dengan penilaian di tingkat zona. Hanya yang membedakan adalah juri yang menilai.

“Tim juri untuk penilaian tingkat zona berbeda dengan tim juri untuk penilaian tingkat kabupaten. Juri-juri yang kami pilih berasal dari unsur profesional yang memahami seni, adat, agama, tradisi dan budaya. Anggota tim juri tidak terlibat dalam proses pembuatan ogoh-ogoh peserta lomba,” beber Mantan Camat Petang ini.

Baca Juga:  Wakil Bupati Ketut Suiasa Pimpin Rakor Bahas Rabies di Badung

Adapun yang dinilai antara lain dari unsur estetika (Satyam) berupa tema, bahan ogoh-ogoh yang ramah lingkungan, teknik konstruksi, anatomi/proporsi, ekspresi, kreativitas (penggunaan teknologi).

Sedangkan penilaian dari unsur etika (siwam) berupa aksesoris baik dari segi gelungan, pepayasan dan dan yang lainnya. Sementara penilaian unsur religius (Sundaram) berupa sumber sastra dan nilai-nilai Agama Hindu. [made dwija putra/radar bali]

 



MANGUPURA, Radar Bali.id – Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) Badung telah menetapkan 21 ogoh-ogoh se- Kabupaten sebagai nominasi terbaik pada penilaian tingkat zona. Para nominasi terbaik tersebut akan dilakukan penilaian kembali di tingkat kabupaten yang berlangsung dari tanggal 12-14 Maret 2023 mendatang untuk menentukan yang terbaik.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, I Gde Eka Sudarwitha mengatakan bahwa untuk penilaian terhadap ogoh-ogoh karya Sekaa Teruna (ST) dan Yowana di Kabupaten Badung melalui dua penilaian. Pertama penilaian tingkat zona dan penilaian tingkat kabupaten.

Namun untuk tingkat zona penilaian dibagi menjadi tujuh zona dan dicari tiga terbaik di masing-masing zona. Karena di Badung ada 594 sekaa teruna dan yowana di Gumi Keris yang dinilai karya ogoh-ogohnya.

Baca Juga:  Wakil Bupati Ketut Suiasa Pimpin Rakor Bahas Rabies di Badung

“Penilaian pertama dilakukan di tingkat zona. Ada tujuh zona yang kami tentukan. Masing-masing zona sudah diputuskan tiga nominasi terbaik, dan sudah diumumkan pada 5 Maret 2023.  Ada 21 ogoh-ogoh yang nantinya akan dinilai pada penilaian tingkat kabupaten,” ujarnya, Kamis (9/3/2023).

Lebih lanjut, penilaian tingkat kabupaten akan ditentukan 6 juara. Yakni terbaik I, II, III, Harapan I, Harapan II, dan Harapan III.  Namun untuk unsur-unsur penilaian sejatinya sama dengan penilaian di tingkat zona. Hanya yang membedakan adalah juri yang menilai.

“Tim juri untuk penilaian tingkat zona berbeda dengan tim juri untuk penilaian tingkat kabupaten. Juri-juri yang kami pilih berasal dari unsur profesional yang memahami seni, adat, agama, tradisi dan budaya. Anggota tim juri tidak terlibat dalam proses pembuatan ogoh-ogoh peserta lomba,” beber Mantan Camat Petang ini.

Baca Juga:  Diprediksi Lebih Ramai, Jelang Nyepi, Dishub Siagakan Ratusan Personel untuk Melasti

Adapun yang dinilai antara lain dari unsur estetika (Satyam) berupa tema, bahan ogoh-ogoh yang ramah lingkungan, teknik konstruksi, anatomi/proporsi, ekspresi, kreativitas (penggunaan teknologi).

Sedangkan penilaian dari unsur etika (siwam) berupa aksesoris baik dari segi gelungan, pepayasan dan dan yang lainnya. Sementara penilaian unsur religius (Sundaram) berupa sumber sastra dan nilai-nilai Agama Hindu. [made dwija putra/radar bali]

 


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru