SINGARAJA– Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Buleleng akhirnya kembali menggelar acara dharma santhi Nyepi. Kegiatan serupa terakhir kali dilakukan pada tahun 2012 silam. Itu artinya sudah sepuluh tahun, agenda dharma santhi Nyepi tak pernah diselenggarakan. Kemarin (31/3) agenda dharma santhi kembali digelar di Pasraman Pura Wisnu Amertha Desa Adat Tegallenga, Kecamatan Seririt.
Ketua Panitia Dharma Santhi, Ketut Wijana mengungkapkan, dharma santhi sudah cukup lama tak dilaksanakan. Agenda tersebut tak hanya berfungsi sebagai ajang siraman rohani kepada umat, namun juga untuk menjalin silaturahmi umat usai hari raya Nyepi.
Wijana mengungkapkan selama kegiatan itu dibagi dalam dua agenda. Masing-masing dharma santhi (silaturahmi) dan dharma tula (sarasehan). Khusus dalam agenda dharma tula ada beberapa pokok-pokok pikiran yang disampaikan.
Di antaranya Sejarah Tahun Baru Caka dan hubungannya dengan tawur kesanga dalam perayaan Nyepi yang dibawakan Ketua PHDI BUleleng I Gde Made Metera; Ageman dan sesana pandita/sulinggih yang dibawakan Ida Pandita Dharma Mukti Sida Kerti dari Griya Amla Bhuana Sari Tukadmungga; Implementasi weda dalam tatanan upacara dan upakara yang dibawakan Ida Bhujangga Rsi Waisnawa Kemenuh dari Griya Taman Wanginin Desa Temukus; serta moderasi beragama dalam membina kerukunan umat beragama dan antar umat beragama yang dibawakan perwakilan Kantor Agama Buleleng, Made Pasek.
Ketua PHDI Buleleng I Gde Made Metera mengungkapkan, Nyepi merupakan hari bagi seluruh alam semesta. Sebab dalam perspektif agama, doa-doa yang dipanjatkan umat Hindu merupakan doa untuk alam semesta. Bukan doa bagi umat Hindu semata.
“Semoga kita bisa memahami bahwa Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Caka, dan doa bagi alam semesta beserta isinya. Karena itu Dharma Santhi ini harus jadi momentum penghormatan terhadap toleransi, kerukunan, dan kebangkitan umat beragama,” demikian Metera. (eps)