26.5 C
Denpasar
Thursday, March 30, 2023

Waspada! Abrasi di Pengastulan Kian Parah, Pelinggih Pura Segara Terancam Ambruk

SINGARAJA,radarbali.id – Pengikisan daratan di kawasan pantai akibat hempasan air pasang dan gelombang alias abrasi di Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt kian parah. Tanggul penahan ombak yang dibangun di sepanjang pesisir Desa Pengastulan sudah tak kuat menahan ganasnya gelombang pasang. Dampaknya sejumlah fasilitas umum terancam alami kerusakan akibat gelombang.

Perbekel Pengastulan Putu Widyasmita mengungkapkan, kerusakan terparah terjadi di sisi utara MTS Negeri 2 Buleleng, serta di sisi utara Pura Segara Pengastulan. Senderan di kedua fasilitas umum itu sudah ambruk dikikis gelombang. Dampaknya air juga masuk ke halaman saat terjadi gelombang pasang.

Kondisi terparah, kata Widyasmita, terjadi di Pura Segara Pengastulan. Ombak sudah menghempas masuk ke jaba pura. “Airnya sudah masuk ke jaba pura. Kalau terus-terusan seperti ini, pelinggih di pura bisa kena. Ini sudah sekitar seminggu kondisinya semakin parah dari bulan Januari kemarin,” ungkapnya.

Baca Juga:  Diterjang Abrasi, Garam Kusamba Tak Bisa Dikirim ke Luar Negeri Lagi

Ia mengaku telah menyampaikan kondisi tersebut pada pihak terkait. Baik itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng maupun Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng. Warga kini berharap agar pemerintah membuat tanggul pemecah ombak. Tanggul serupa telah dibangun di Sanur dan terbukti efektif menahan gelombang.

“Kalau masih dibuatkan senderan konvensional seperti yang sudah-sudah, pasti ditolak sama warga. Karena warga kami ini sebagian besar nelayan. Kalau senderan biasa, warga kami sulit menaruh perahu. Tapi kalau ada tanggul pemecah ombak, mau naruh perahu juga jadi aman,” imbuhnya.

Terhadap kondisi kerusakan tersebut, saat ini warga, prajuru adat, aparatur desa, TNI, dan Polri, bahu membahu membuat tanggul sementara. Sejak sepekan terakhir, sudah 36 kubik pasir batu yang digunakan untuk membangun tanggul sementara. Pasir dan batu sebanyak itu, setara dengan material yang diangkut enam unit truk pasir.

Baca Juga:  Dihantam Ombak, Pantai Selagan Nusa Dua Berantakan

Kini ketinggian tanggul telah mencapai 1,5 meter. Namun warga masih bahu membahu menambah ketinggian tanggul. Sebab sebentar lagi krama adat akan melaksanakan upacara melasti. (eps/rid)



SINGARAJA,radarbali.id – Pengikisan daratan di kawasan pantai akibat hempasan air pasang dan gelombang alias abrasi di Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt kian parah. Tanggul penahan ombak yang dibangun di sepanjang pesisir Desa Pengastulan sudah tak kuat menahan ganasnya gelombang pasang. Dampaknya sejumlah fasilitas umum terancam alami kerusakan akibat gelombang.

Perbekel Pengastulan Putu Widyasmita mengungkapkan, kerusakan terparah terjadi di sisi utara MTS Negeri 2 Buleleng, serta di sisi utara Pura Segara Pengastulan. Senderan di kedua fasilitas umum itu sudah ambruk dikikis gelombang. Dampaknya air juga masuk ke halaman saat terjadi gelombang pasang.

Kondisi terparah, kata Widyasmita, terjadi di Pura Segara Pengastulan. Ombak sudah menghempas masuk ke jaba pura. “Airnya sudah masuk ke jaba pura. Kalau terus-terusan seperti ini, pelinggih di pura bisa kena. Ini sudah sekitar seminggu kondisinya semakin parah dari bulan Januari kemarin,” ungkapnya.

Baca Juga:  Minimalisir Jatuh Korban, BPBD Gelar Simulasi Penanganan Bencana

Ia mengaku telah menyampaikan kondisi tersebut pada pihak terkait. Baik itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng maupun Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng. Warga kini berharap agar pemerintah membuat tanggul pemecah ombak. Tanggul serupa telah dibangun di Sanur dan terbukti efektif menahan gelombang.

“Kalau masih dibuatkan senderan konvensional seperti yang sudah-sudah, pasti ditolak sama warga. Karena warga kami ini sebagian besar nelayan. Kalau senderan biasa, warga kami sulit menaruh perahu. Tapi kalau ada tanggul pemecah ombak, mau naruh perahu juga jadi aman,” imbuhnya.

Terhadap kondisi kerusakan tersebut, saat ini warga, prajuru adat, aparatur desa, TNI, dan Polri, bahu membahu membuat tanggul sementara. Sejak sepekan terakhir, sudah 36 kubik pasir batu yang digunakan untuk membangun tanggul sementara. Pasir dan batu sebanyak itu, setara dengan material yang diangkut enam unit truk pasir.

Baca Juga:  Heboh! Video Diduga Tuyul di Desa Kayuputih Buleleng Beredar

Kini ketinggian tanggul telah mencapai 1,5 meter. Namun warga masih bahu membahu menambah ketinggian tanggul. Sebab sebentar lagi krama adat akan melaksanakan upacara melasti. (eps/rid)


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru