SINGARAJA–Kondisi abrasi di Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt kian parah saja. Tanggul penahan ombak yang dibangun di sepanjang pesisir Desa Pengastulan sudah tak kuat menahan ganasnya gelombang pasang. Dampaknya sejumlah fasilitas umum terancam alami kerusakan akibat gelombang.
Perbekel Pengastulan Putu Widyasmita mengungkapkan, kerusakan terparah terjadi di sisi utara MTS Negeri 2 Buleleng, serta di sisi utara Pura Segara Pengastulan. Senderan di kedua fasilitas umum itu sudah ambruk dikikis gelombang. Dampaknya air juga masuk ke halaman saat terjadi gelombang pasang.
Kondisi terparah, kata Widyasmita, terjadi di Pura Segara Pengastulan. Ombak sudah menghempas masuk ke jaba pura. “Airnya sudah masuk ke jaba pura. Kalau terus-terusan seperti ini, pelinggih di pura bisa kena. Ini sudah sekitar seminggu kondisinya semakin parah dari bulan Januari kemarin,” ungkapnya.
Ia mengaku telah menyampaikan kondisi tersebut pada pihak terkait. Baik itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng maupun Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng. Warga kini berharap agar pemerintah membuat tanggul pemecah ombak. Tanggul serupa telah dibangun di Sanur dan terbukti efektif menahan gelombang.
“Kalau masih dibuatkan senderan konvensional seperti yang sudah-sudah, pasti ditolak sama warga. Karena warga kami ini sebagian besar nelayan. Kalau senderan biasa, warga kami sulit menaruh perahu. Tapi kalau ada tanggul pemecah ombak, mau naruh perahu juga jadi aman,” imbuhnya.
Terhadap kondisi kerusakan tersebut, saat ini warga, prajuru adat, aparatur desa, TNI, dan Polri, bahu membahu membuat tanggul sementara. Sejak sepekan terakhir, sudah 36 kubik pasir batu yang digunakan untuk membangun tanggul sementara. Pasir dan batu sebanyak itu, setara dengan material yang diangkut enam unit truk pasir.
Kini ketinggian tanggul telah mencapai 1,5 meter. Namun warga masih bahu membahu menambah ketinggian tanggul. Sebab sebentar lagi krama adat akan melaksanakan upacara melasti. (eps)