MUSEUM Lontar Gedong Kirtya, memamerkan sejumlah lontar yang berkaitan dengan usada atau obat-obatan tradisional.
Lewat pameran itu, masyarakat diharapkan dapat menggali kembali rempah-rempah yang mampu menjaga serta meningkatkan imun tubuh. Terlebih saat ini masih dalam masa pandemi covid-19. Seperti apa?
PAMERAN lontar usada itu dilangsungkan di Museum Soenda Ketjil Kawasan Pelabuhan Tua Buleleng, Senin (6/12). Pameran itu akan berlangsung hingga Rabu (8/12) esok.
Dalam pameran itu, pengelola Gedong Kirtya menghadirkan manuskrip lontar yang berkaitan dengan pengobatan tradisional.
Diantaranya lontar taru premana yang membahas pemanfaatan rempah untuk pengobatan, usada buduh untuk pengobatan jiwa, usada rare untuk pengobatan anak-anak, usada sari yang membahas inti dari pengobatan tradisional, serta rukmini tatwa yang membahas seksualitas.
Selain itu dalam pameran itu juga dipamerkan tanaman rempah-rempah.
Pengelola museum juga memajang ramuan rempah yang dapat digunakan masyarakat untuk pengobatan tradisional. Sebut saja obat batuk, obat mencret, serta obat penurun panas.
Beberapa minuman tradisional yang berasal dari rempah-rempah juga dihadirkan. Diantaranya jahe merah yang diyakini bisa menambah imun tubuh pada masa pandemi, serta loloh kunyit yang kerap digunakan menjaga imun tubuh.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara mengatakan pihaknya sengaja memamerkan manuskrip lontar yang membahas pengobatan tradisional. Sebab saat ini masih dalam masa pandemi.
Menurut Dody, para tetua telah menulis manuskrip yang berfungsi sebagai obat-obatan tradisional. Biasanya obat tradisional itu terdiri dari rempah-rempah.
Selain itu beberapa manuskrip lontar juga membahas soal menjaga imun tubuh.
Ia mencontohkan lontar taru premana. Dalam lontar itu dibahas berbagai rempah-rempah yang dapat digunakan untuk menjaga imun tubuh.
Seperti kunyit dan jahe. Begitu juga di lontar rukmini tatwa yang lebih banyak membahas stamina tubuh.
“Leluhur kita sudah memberikan resep untuk menjaga imun. Hanya saja bertahun-tahun ini ditinggalkan. Padahal itu sudah terbukti dan tercantum dalam manuskrip lontar.
Lewat pameran ini, kami mengajak masyarakat kembali menggunakan resep warisan leluhur. Bahan rempah mudah ditemui di sekitar kita. Saya rasa ini masih relevan dalam masa pandemi,” kata Dody. (eka prasetya/didik dwi praptono)