25.4 C
Denpasar
Saturday, April 1, 2023

Beras Bulog Ludes, Harga Beras Masih Tinggi

SINGARAJA– Harga beras di pasar tradisional saat ini masih relatif tinggi. Masalahnya, beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Badan Usaha Logistik (Bulog) rupanya sudah ludes di pasar tradisional. Sehingga harga masih belum terkendali.

Pantauan di pasar tradisional, harga beras dengan kualitas medium kini masih di angka Rp 11 ribu per kilogram. Padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium hanya sebesar Rp 10 ribu. Sementara harga beras premium kini ada di angak Rp 13.500 per kilogram, lebih tinggi dari HET sebesar Rp 12 ribu per kilogram.

Rabu (8/3) Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng memantau ketersediaan pasokan SPHP di pasar tradisional. Rupanya pasokan SPHP di tingkat distributor maupun pengecer sudah ludes tak tersisa. Padahal beras itu cukup efektif menekan harga di pasar. Mengingat beras SPHP hanya dijual Rp 47 ribu per sak atau Rp 9.400 per kilogram.“Kami sudah pantau sampai ke tingkat pengecer, memang pasokannya sudah habis. Padahal itu cukup efektif untuk menekan harga, saat kondisi harga belum stabil,” kata Kepala DKPP Buleleng, I Gede Putra Aryana.

Baca Juga:  Stok Berkurang, Harga Bawang Merah di Pasaran Mulai Naik

Menurutnya distributor beras SPHP terakhir kali mendapat pasokan beras dari Bulog beberapa pekan lalu dengan kuota sebanyak 640 sak, atau setara dengan 3,2 ton. “Sampai saat ini belum ada informasi lagi, kapan ada kuota tambahan. Kami akan koordinasikan dengan Bulog, siapa tahu bisa ditambah lagi. Karena efektif mengendalikan harga beras,” imbuhnya.

Selain itu DKPP juga mengecek indikasi penyelewengan SPHP di tingkat pengecer. Konon ada pengecer yang sengaja membongkar kemasan beras SPHP, kemudian dijual dalam bentuk eceran. Beras itu lantas dijual seharga Rp 10 ribu per kilogram. Namun hingga kini tuduhan itu belum terbukti.

Lantas mengapa terjadi fluktuasi harga beras di Buleleng? Ia menduga harga beras naik karena pasokan dalam daerah masih terbatas. Sebab sentra-sentra penghasil beras, belum memasuki masa panen raya. “Kami sudah cek terus pasokan. Mudah-mudahan menjelang Nyepi ini harga sudah bisa terkendali, karena sudah mau masuk musim panen raya,” tukas Aryana. (eps)

Baca Juga:  Begal Asal Tabanan Bacok Pedagang di Badung, Dapat 20 Potong Tempe


SINGARAJA– Harga beras di pasar tradisional saat ini masih relatif tinggi. Masalahnya, beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Badan Usaha Logistik (Bulog) rupanya sudah ludes di pasar tradisional. Sehingga harga masih belum terkendali.

Pantauan di pasar tradisional, harga beras dengan kualitas medium kini masih di angka Rp 11 ribu per kilogram. Padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium hanya sebesar Rp 10 ribu. Sementara harga beras premium kini ada di angak Rp 13.500 per kilogram, lebih tinggi dari HET sebesar Rp 12 ribu per kilogram.

Rabu (8/3) Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng memantau ketersediaan pasokan SPHP di pasar tradisional. Rupanya pasokan SPHP di tingkat distributor maupun pengecer sudah ludes tak tersisa. Padahal beras itu cukup efektif menekan harga di pasar. Mengingat beras SPHP hanya dijual Rp 47 ribu per sak atau Rp 9.400 per kilogram.“Kami sudah pantau sampai ke tingkat pengecer, memang pasokannya sudah habis. Padahal itu cukup efektif untuk menekan harga, saat kondisi harga belum stabil,” kata Kepala DKPP Buleleng, I Gede Putra Aryana.

Baca Juga:  Stok Berkurang, Harga Bawang Merah di Pasaran Mulai Naik

Menurutnya distributor beras SPHP terakhir kali mendapat pasokan beras dari Bulog beberapa pekan lalu dengan kuota sebanyak 640 sak, atau setara dengan 3,2 ton. “Sampai saat ini belum ada informasi lagi, kapan ada kuota tambahan. Kami akan koordinasikan dengan Bulog, siapa tahu bisa ditambah lagi. Karena efektif mengendalikan harga beras,” imbuhnya.

Selain itu DKPP juga mengecek indikasi penyelewengan SPHP di tingkat pengecer. Konon ada pengecer yang sengaja membongkar kemasan beras SPHP, kemudian dijual dalam bentuk eceran. Beras itu lantas dijual seharga Rp 10 ribu per kilogram. Namun hingga kini tuduhan itu belum terbukti.

Lantas mengapa terjadi fluktuasi harga beras di Buleleng? Ia menduga harga beras naik karena pasokan dalam daerah masih terbatas. Sebab sentra-sentra penghasil beras, belum memasuki masa panen raya. “Kami sudah cek terus pasokan. Mudah-mudahan menjelang Nyepi ini harga sudah bisa terkendali, karena sudah mau masuk musim panen raya,” tukas Aryana. (eps)

Baca Juga:  Mih! Soal TKA Tiongkok di PLTU Celukan Bawang, Perbekel & Imigrasi Beda Data

Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru