Siswa di SLB Negeri 1 Buleleng mulai melakukan pembelajaran tatap muka terbatas sejak Senin (11/10). Sayangnya siswa masih kesulitan memahami ekspresi guru, karena bagian mulut tertutup masker.
EKA PRASETYA, Buleleng
JAM baru menunjukkan pukul 07.50 pagi. Tapi para siswa jenjang SMA di SLB negeri 1 Buleleng sudah duduk rapi di dalam kelas. Mereka tak sabar mengikuti proses pembelajaran tatap muka terbatas yang dilakukan mulai kemarin (11/10).
Total ada 25 orang siswa yang mengikuti pembelajaran pada hari pertama. Siswa itu dibagi ke dalam lima kelas yang berbeda. Masing-masing kelas hanya berisi 5 orang siswa.
Sebelum mereka masuk kelas, siswa wajib melakukan protokol kesehatan. Mereka wajib mencuci tangan dan diukur suhu tubuhnya. Siswa juga wajib melakukan scan pada aplikasi PeduliLindungi. Ditambah lagi siswa sudah mendapatkan vaksin, sekurang-kurangnya vaksin tahap pertama.
Proses pembelajaran pun dilakukan secara terbatas. Hanya selama 80 menit saja. Siswa hanya belajar mulai pukul 08.00 pagi hingga pukul 09.20 pagi.
Setelah melakukan pembelajaran tatap muka tahap pertama, sekolah langsung melakukan evaluasi. Ternyata proses pembelajaran tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan para guru. Komunikasi antara guru dengan siswa terputus.
Kepala SLB Negeri 1 Buleleng, Made Winasa mengatakan, proses komunikasi siswa tuna rungu-wicara tak hanya mengandalkan bahasa isyarat berupa gerak tangan. Namun mereka juga membaca gerak mulut.
Pada proses pembelajaran kemarin, para guru dan siswa sama-sama mengenakan masker. Dampaknya siswa kesulitan memahami pesan yang disampaikan oleh guru. Begitu juga sebaliknya, guru sulit memahami pesan yang disampaikan siswa.
“Proses komunikasinya masih terbatas. Karena menggunakan masker. Jadi anak-anak itu kurang menangkap. Karena selain bahasa isyarat, mereka juga melihat gerak mulut kita. Jadi kedepan kami akan uji coba pembelajaran menggunakan face shield, supaya bisa terlihat jelas gerak bibirnya,” kata Winasa.
Sementara hal-hal lainnya, menurut Winasa tak mengalami kendala berarti. Siswa telah memahami protokol kesehatan. Protokol itu pun telah diterapkan saat mereka beraktivitas di sekolah. Selain itu siswa telah memahami alur saat mereka datang maupun pulang sekolah.
Penerapan pembelajaran tatap muka itu juga mendapat perhatian dari Bhabinkamtibmas dan Babinsa setempat.