I Nyoman Sumarajaya boleh dibilang sebagai polisi langka. Bagaimana tidak, dia bisa meraih pangkat ajun komisaris besar polisi (AKBP) setelah 38 tahun menjadi polisi dari pangkat terendah, sersan dua (serda) atau brigadir polisi dua (bripda). Bila pensiun kelak, dia berniat menjadi petani.
EKA PRASETYA, Singaraja
USIA I Nyoman Sumarajaya sudah menginjak kepala lima. Persisnya dia sudah 57. Sebentar lagi dia pensiun. Maklum batas usia pensiun anggota polisi adalah 38 tahun.
Sebagai Kabag SDM Polres Buleleng, dia tetap disibukkan dengan pekerjaannya. Ia sedang sibuk menyiapkan bagan alur penerimaan personel Polri.
Di balik tubuhnya yang kian menua, Nyoman Sumarajaya tetap enerjik. Pangkat yang disandangnya juga mentereng. AKBP. Pangkat yang sama yang disandang Kapolres Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto. Jadi, hanya Sumarajaya dan Andrian perwira dengan pangkat tertinggi di Polres Buleleng.
Pangkat Wakapolres Buleleng saja hanya komisaris polisi (Kompol). Yang saat ini dipegang Kompol Yusak Agustinus Sooai. Dengan demikian, soal pangkat, Sumarajaya masih lebih tinggi ketimbang Wakapolres Yusak Agustinus.
Sumarajaya mulai menyabet pangkat AKBP mulai 1 Maret 2022 lalu. Pemberian pangkat AKBP tersebut dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Kapolri Nomor KEP/1944/XII/2021 tanggal 23 Desember 2021 silam.
Sebelum menjadi polisi berpangkat AKBP Sumarajaya melalui proses yang tidak mudah. Ia mulai kesengsem menjadi polisi sejak masih di bangku kelas II SMAN 1 Mengwi.
Saat sekolah, dia nekat memotong habis rambutnya. Mirip dengan siswa kepolisian yang tengah menjalani pendidikan. Teman-temannya bahkan sempat memanggil Sumarajaya dengan sebutan “Si Gundul”.
Dia mematut diri di depan cermin sembari mengenakan pakaian berwarna hijau polos. Pakaian yang biasa digunakan para siswa kepolisian di era 1980-an.
“Waktu itu juga langsung kepikiran, saya nanti harus kerja jadi polisi,” ujarnya.
Keinginan itu makin menggebu-gebu, setelah salah seorang rekan sepermainan berhasil lolos sekolah polisi.
Belakangan rekannya berhasil lulus sebagai tamtama Polri pangkat kopral. Rekannya itu ditempatkan di Polres Buleleng.
Bermodal nekat, Sumarajaya bertekad mendatangi temannya yang bertugas di Polres Buleleng. Dia menumpang truk ke truk lainnya. Dari Kediri, menuju Bedugul. Kemudian dari Bedugul berpindah ke truk lain. Hingga dia terdampar di seputaran Air Sanih.
“Waktu itu saya hanya ingin tanya ke teman saya, kalau mau daftar polisi itu gimana syaratnya. Karena jaman itu informasi belum banyak seperti sekarang. Akhirnya ketemu, kemudian diberi penjelasan bagaimana syarat dan jalurnya,” tutur Sumarajaya saat ditemui di ruang kerjanya Kamis (14/4).
Berbekal informasi itu, dia berusaha menyiapkan diri sebaik-baiknya. Selama 8 bulan penuh dia menyiapkan diri. Dia mengaku rutin menempa fisik tiap pagi dan sore. Seperti lari, push-up, dan sit-up. Belum lagi menyiapkan materi akademik untuk menghadapi tes fisik.
Tak lupa, dia melakukan latihan renang. Latihan itu dilakukan di sungai kecil dekat rumahnya. “Di daerah saya waktu itu tidak ada kolam renang. Jadi latihan renang paling gampang ya di sungai,” cerita pria kelahiran 1 Mei 1964 silam itu.
Waktu pendaftaran tiba. Sumarajaya mengikuti seluruh tahapan dengan percaya diri. Dari 26 orang rekan-rekannya di SMAN 1 Mengwi, hanya 2 orang yang lulus dalam penerimaan Polri. I Nyoman Sumarajaya adalah salah satunya.
Sepekan setelah lulus, dia langsung masuk ke Depo Pendidikan dan Latihan (Dodiklat) 011-1 Singaraja. Depo itu kini berganti nama menjadi Sekolah Polisi Negara (SPN) Singaraja. Sumarajaya ingat, dia harus menempuh pendidikan selama 11 bulan. Pada 3 bulan awal, ditempuh dengan pendidikan fisik. Sementara 8 bulan sisanya diisi dengan materi kelas.
Dia akhirnya dilantik sebagai personel Polri pada tahun 1984, dengan penempatan pertama sebagai tenaga pendidik di Dodiklat Singaraja. Pangkat pertamanya adalah sersan dua (serda), pangkat yang sama dengan brigadir polisi dua atau bripda (mulai tahun 2021).
Tahun demi tahun berlalu, karirnya terus menanjak. Dia berhasil mendapat peluang sekolah perwira. Hingga berhak menyandang pangkat perwira pertama, yakni inspektur dua (ipda) pada tahun 1997. Pada 2007, dia kemudian menyandang pangkat perwira menengah sebagai komisaris polisi (Kompol).
Selama belasan tahun Sumarajaya berusaha bertugas sebaik-baiknya sebagai personel Polri. Berbagai jabatan pernah diisi. Di antaranya Kapolsek Banjar dan Kapolsek Seririt saat dia masih menyandang pangkat AKP.
Tatkala menyandang pangkat Kompol, dia juga pernah menjabat sebagai Kapolsek Blahbatuh, Kapolsek Kediri, Kapolsek Banjar, dan terakhir sebagai Kabag SDM Polres Buleleng.
“Saya hanya berusaha bertugas sebaik-baiknya. Bekerja dengan disiplin. Jangan sampai ada catatan disiplin, apalagi catatan pidana. Pada akhirnya pendidikan, pangkat, dan jabatan akan mengikuti,” ungkapnya.
Sumarajaya akan memasuki masa pensiun pada 1 Juni mendatang. Dia telah menyiapkan masa tuanya sejak kini. Dia berencana kembali ke kampung halamannya di Kediri, Tabanan. Menggeluti kembali rutinitasnya kala muda.
“Kembali ke desa. Menggeluti lagi yang sudah pernah dilakukan dulu. Sekadar tanam padi, tanam cabai, pelihara sapi dan ayam. Karena dulu waktu kecil kesehariannya begitu,” ungkap ayah dari 3 orang anak itu.
Dia mengaku sangat bersyukur bisa dan berterima kasih mendapat pangkat penghargaan ini.
“Saya memulai karir dari pangkat brigadir. Kalau dulu istilahnya sersan. Sekarang menjelang pensiun diberi kesempatan menyandang pangkat AKBP. Teman-teman satu angkatan saya, banyak yang pensiun hanya dengan pangkat Aipda dan Aiptu,” ujarnya.