SUKASADA– Anjung pandang Panji Sakti yang terletak di tepi Jalan Raya Singaraja-Denpasar, akhirnya dipelaspas, Senin (20/2). Butuh waktu selama hampir sembilan bulan bagi kontraktor pelaksana untuk menuntaskan proyek anjung pandang senilai Rp 4,5 miliar tersebut.
Prosesi melaspas dilangsungkan tepat pada tilem kawulu yang jatuh pada rahina soma paing merakih. Upacara itu dipuput oleh dua orang pedanda, yakni Ida Pedanda Gede Putra Kemenuh dari Griya Sangket Roma Harsana Sukasada dan Ida Pedanda Wayan Demung dari Griya Demung Budakeling Karangasem.
Selain melakukan upacara melaspas, juga dilakukan prosesi pasupati. Alhasil saat upacara selesai, patung Panji Landung yang membopong Ki Barak Panji Sakti, benar-benar menunjukkan taksu. Mata pada patung Panji Landung berkilat-kilat saat terkena sinar matahari. Padahal bagian mata hanya berupa cat resin.
Seniman penggarap patung tersebut, Komang Agus Parinata mengaku pihaknya semula menolak mengerjakan patung tersebut. Saat kontraktor pelaksana mendatangi dirinya untuk kedua kali, ia pun masih menolak. Karena merasa belum sreg dengan pengerjaan patung itu. Apalagi itu akan jadi patung terbesar yang akan ia garap.
“Sampai akhirnya ada tawaran ketiga, mungkin memang harus saya yang kerjakan. Kemudian saat sampai di puri, auranya juga lain. Akhirnya saya bulatkan tekad mengerjakan sampai tuntas,” kata seniman asal Desa Singapadu, Gianyar itu.
Ia mengaku hanya membutuhkan waktu selama empat bulan untuk proses pengerjaan patung. Seluruhnya dibuat dengan bahan polyester resin. Setelah pengerjaan, butuh waktu tambahan selama sebulan untuk pemasangan patung.
Menurutnya dalam proses pengerjaan tantangan terberat adalah saat ia mendetailkan wajah Ki Barak Panji Sakti. Ia harus mendatangi tokoh-tokoh puri, melakukan wawancara dan riset pada keturunan Panji Sakti. Sekaligus menganalisa bentuk wajah dan karakter, supaya mendekati sosok Panji Sakti saat itu. Mengingat momen Panji Sakti dibopong Panji Landung, diperkirakan terjadi saat Panji Sakti berusia 12 tahun.
“Memang ada arca yang jadi pedoman dan referensi di puri. Sebagai seniman saya harus detailkan lagi, membuat ekspresi yang cocok untuk menguatkan karakter. Tidak bisa asal-asalan, karena ini menyangkut ikon Buleleng,” ujar pemilik Ningrat Bengkel Seni itu.
Khusus terkait pembuatan sosok Panji Landung, Agus mengacu pada arca dan patung yang ada di puri. Ia mengaku tak menggunakan bahan-bahan khusus. Seluruhnya menggunakan polyester resin. “Kalau mata itu hanya aksen pewarnaan saja yang kami tonjolkan. Tidak ada bahan khusus,” jelasnya.
Manggala Utama Trah Tunggal Ki Barak Panji Sakti, Anak Agung Wiranata Kusuma mengisahkan Panji Sakti bertemu dengan sosok Panji Landung dalam perjalanan dari Klungkung menuju Buleleng. Pertemuan itu terjadi di titik tertinggi bumi Denbukit. Panji Landung sendiri diyakini sebagai pengawal niskala Panji Sakti.
Saat bertemu, Panji Sakti kemudian dibopong pada bahu kiri Panji Landung. Panji Landung kemudian menunjukkan daerah yang akan dikuasai oleh Panji Sakti. Daerah timur berbatasan langsung dengan Tianyar, utara berbatasan dengan Laut Bali, dan daerah barat membentang hingga Blambangan. Namun saat hendak menoleh ke selatan, Panji Sakti mendengar ibunya Si Luh Pasek menangis. Sehingga Panji Sakti pun turun dari bahu Panji Landung.
Lebih lanjut Wiranata mengatakan, prosesi melaspas dan pasupati sudah melalui sejumlah rangkaian. Sebelum melaspas, pihak puri telah nunas tirta di beberapa pura yang jadi jejak sejarah Panji Sakti. Yakni Pura Tirta Ketipat, Pura Bukit Sinunggal, Pura Segara Penimbangan, dan Pura Pajenengan Panji Sakti. Selain itu pihaknya juga nunas tirta di Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Amertasari.
“Wasuhpada (air basuhan) pusaka Puri Buleleng, yakni pusaka keris Ki Baru Semang juga sudah kami lungsur dan kami linggihang. Kami ingin ini bukan sekadar patung atau monument, tapi bisa memberi manfaat bagi masyarakat Buleleng. Ini penting supaya masyarakat Buleleng dan Bali memahami sejarah keberadaan Buleleng,” ujar Wiranata.
Di sisi lain Gubernur Bali, Wayan Koster yang juga hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa anjung pandang itu akan dikelola oleh Pemkab Buleleng. Rencananya proses hibah lahan dan aset akan dilakukan setelah masa pemeliharaan tuntas.
“Saya akan bicara pada Menteri PU, supaya langsung dihibahkan ke Buleleng. Tidak perlu ke provinsi. Supaya jadi aset Pemda Buleleng untuk diberdayakan dan dikelola dengan baik. Jangan main-main, ini raja yang dibuatkan monumen. Jadi harus dijaga dengan baik, karena dengan patung ini kita memuliakan beliau (Ki Barak Panji Sakti),” demikian Koster. (eps)