25.4 C
Denpasar
Tuesday, June 6, 2023

Remaja Berkelahi, Asal-asalan Main Posting, Dinilai Tak Paham Perilaku Kriminal

SINGARAJA– Adanya rekaman video peristiwa baku hantam yang marak beredar di media sosial, dipicu sikap remaja yang ingin menunjukkan eksistensinya. Mereka tak paham bahwa peristiwa perkelahian merupakan sebuah tindakan kriminal.

Tindakan mengunggah video tersebut, sama saja seperti mengumbar sebuah tindakan kriminal ke hadapan publik.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Buleleng, Nyoman Riang Pustaka, mengungkapkan, fenomena kenakalan remaja sebenarnya telah terjadi sejak dulu. Terutama perkelahian. Hanya saja beberapa tahun lalu alat perekam merupakan hal yang mewah.

Kini setiap orang bisa merekam sebuah peristiwa. Setelah itu mereka dengan cepat mengunggah di media sosial. Sehingga akhirnya viral. Masalahnya remaja yang mengunggah tak paham bahwa dia telah mengumbar sebuah tindakan kriminal.

Baca Juga:  Nyoman Seri Sudah Membuktikan: Mudah Urus Kepesertaan via Mobile JKN

“Contoh kejadian yang nasional itu. Menendang nenek-nenek. Mereka alasannya iseng, kemudian ada temannya yang memvideokan dan kemudian di-upload. Mereka tidak sadar bahwa mereka sudah melakukan tindakan kriminal, merekamnya, dan mengumbarnya ke publik,” kata Riang.

SOROTI GAYA BERMEDSOS REMAJA : Kepala P2KBP3A Buleleng, Nyoman Riang Pustaka, menilai gaya bermedsos remaja yang berkelahi sebagai tindakan ceroboh. (foto:eka prasetya/radar bali)

Riang menduga aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh remaja merupakan upaya mereka menunjukkan eksistensi diri. “Mereka memandang dengan cara itu bisa mendapat pengakuan dari lawan jenis dan teman-teman sebaya,” ujarnya.

Ia pun menghimbau agar remaja lebih bijak memanfaatkan media sosial. Mereka diminta memanfaatkan media untuk hal-hal yang lebih positif. Sehingga dapat menunjukkan eksistensi diri dengan media yang lebih terarah.

Pemerintah juga berencana menggencarkan sosialisasi pada masyarakat, melalui desa-desa. Sehingga tindakan kriminal utamanya kekerasan pada usia remaja dapat dicegah.

Baca Juga:  Yastini: Program JKN Melindungi Masa Depan Kita

Seperti diberitakan sebelumnya, dalam sebulan terakhir ada tiga video baku hantam remaja di Buleleng. Peristiwa baku hantam terakhir terjadi pada Senin (21/11) lalu di Desa Kalisada, Kecamatan Seririt. Masalah itu dipicu salah seorang remaja yang menolak memberi contekan pada temannya. (eka prasetya/radar bali)



SINGARAJA– Adanya rekaman video peristiwa baku hantam yang marak beredar di media sosial, dipicu sikap remaja yang ingin menunjukkan eksistensinya. Mereka tak paham bahwa peristiwa perkelahian merupakan sebuah tindakan kriminal.

Tindakan mengunggah video tersebut, sama saja seperti mengumbar sebuah tindakan kriminal ke hadapan publik.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Buleleng, Nyoman Riang Pustaka, mengungkapkan, fenomena kenakalan remaja sebenarnya telah terjadi sejak dulu. Terutama perkelahian. Hanya saja beberapa tahun lalu alat perekam merupakan hal yang mewah.

Kini setiap orang bisa merekam sebuah peristiwa. Setelah itu mereka dengan cepat mengunggah di media sosial. Sehingga akhirnya viral. Masalahnya remaja yang mengunggah tak paham bahwa dia telah mengumbar sebuah tindakan kriminal.

Baca Juga:  Badah! Remaja Tawuran di Desa Kalisada, Seririt, Buleleng

“Contoh kejadian yang nasional itu. Menendang nenek-nenek. Mereka alasannya iseng, kemudian ada temannya yang memvideokan dan kemudian di-upload. Mereka tidak sadar bahwa mereka sudah melakukan tindakan kriminal, merekamnya, dan mengumbarnya ke publik,” kata Riang.

SOROTI GAYA BERMEDSOS REMAJA : Kepala P2KBP3A Buleleng, Nyoman Riang Pustaka, menilai gaya bermedsos remaja yang berkelahi sebagai tindakan ceroboh. (foto:eka prasetya/radar bali)

Riang menduga aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh remaja merupakan upaya mereka menunjukkan eksistensi diri. “Mereka memandang dengan cara itu bisa mendapat pengakuan dari lawan jenis dan teman-teman sebaya,” ujarnya.

Ia pun menghimbau agar remaja lebih bijak memanfaatkan media sosial. Mereka diminta memanfaatkan media untuk hal-hal yang lebih positif. Sehingga dapat menunjukkan eksistensi diri dengan media yang lebih terarah.

Pemerintah juga berencana menggencarkan sosialisasi pada masyarakat, melalui desa-desa. Sehingga tindakan kriminal utamanya kekerasan pada usia remaja dapat dicegah.

Baca Juga:  Catat! Pemkab Buleleng Optimistis Raih Gelar Kabupaten Layak Anak

Seperti diberitakan sebelumnya, dalam sebulan terakhir ada tiga video baku hantam remaja di Buleleng. Peristiwa baku hantam terakhir terjadi pada Senin (21/11) lalu di Desa Kalisada, Kecamatan Seririt. Masalah itu dipicu salah seorang remaja yang menolak memberi contekan pada temannya. (eka prasetya/radar bali)


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru