SINGARAJA – Keluarga besar puri di Buleleng, melakukan prosesi nunas wangsuh keris Ki Baru Semang. Keris itu merupakan salah satu peninggalan Raja Buleleng I Gusti Anglurah Panji Sakti tatkala memimpin Buleleng. Selama ini pusaka tersebut tersimpan di gedong simpen Parahyangan Puri Gede Buleleng dan menjadi benda yang sangat disakralkan.
Kemarin (30/3) bertepatan dengan hari jadi Kota Singaraja ke-419, keluarga besar puri yang tergabung dalam Pasemetonan Trah Tunggal Ki Barak Panji Sakti menyelenggarakan persembahyangan. Proses persembahyangan itu juga diikuti oleh sejumlah ormas Hindu di Buleleng.
Syahdan keris itu merupakan salah satu pusaka yang jadi perbekalan Panji Sakti saat memulai perjalanan dari Gelgel menuju Buleleng. Keris itu diyakini memiliki kekuatan magis. Konon saat Panji Sakti dan pasukannya sampai di kawasan Wanagiri, mereka merasa lelah yang amat sangat. Pasukan beristirahat dan membuka perbekalan. Belakangan mereka baru sadar bila persediaan air sudah habis.
Panji Sakti kemudian menancapkan keris ke tanah. Saat ditarik, dari tanah tersebut muncul sumber air. Sehingga pasukan-pasukan itu berhasil minum dan terhindar dari ancaman dehidrasi. Kini di lokasi tersebut beridiri Pura Tirta Yeh Ketipat.
Tak hanya itu, keris Ki Baru Semang juga diyakini mampu memindahkan kapal. Pada abad ke-17, sebuah kapal dari Tiongkok terdampar dan tersangkut karang di pesisir Pantai Penimbangan. Panji Sakti kemudian berhasil membebaskan kapal tersebut hanya dengan mengacungkan bilah keris. Saudagar kapal kemudian memberi hadiah berupa perhiasan perunggu dan keramik.
Manggala Utama Pasemetonan Trah Tunggal Ki Barak Panji Sakti Anak Agung Wiranata Kusuma menjelaskan, keris itu merupakan keris pusaka. Saat mengawali perjalanan ke Buleleng, Raja Gelgel Sri Aji Dalem Segening memberi perbekalan 40 bilah keris kepada pasukan pengawal. Namun saat dibagikan ternyata ada sebilah keris yang lebih.
Saat dikumpulkan kembali dan dihitung dengan seksama, keris-keris itu tepat berjumlah 40 bilah. Tetapi ketika kembali dibagikan, jumlah keris kembali lebih sebilah. Sehingga Dalem Segening memberikan keris itu kepada Panji Sakti.
“Keris yang lebih itu diberikan kepada Panji Sakti, kemudian diberi nama Ki Baru Semang. Keris tersebut mengiringi kejayaan kepemimpinan beliau dan hingga kini masih distanakan di parahyangan puri,” ujarnya.
Lebih lanjut Wiranata menjelaskan, keris itu sangat disakralkan oleh keluarga puri. Keris itu biasanya diturunkan dari lokasi penyimpanan di dalam gedong simpen dan dibersihkan pada hari Tumpek Landep. Namun sejak tahun 1976, prosesi nedunang keris tak pernah dilakukan lagi.
Keris hanya disimpan di dalam gedong simpen dan dibersihkan secara rutin menggunakan air bunga. Penyebabnya terjadi peristiwa gaib yang membuat keluarga besar puri berpikir dua kali untuk menurunkan keris dari lokasi penyimpanan.
“Waktu itu keris ditedunang dan mau dibersihkan. Kerisnya dikeluarkan dari sarung dan posisinya horizontal. Saat digosok tiba-tiba bersinar dan menghanguskan anjing yang sedang lewat. Sejak itu tidak pernah dibuka lagi dari sarungnya. Hanya di-wangsuh saja,” cerita Wiranata. (eka prasetya)