DENPASAR – Jelang pembukaan pariwisata Internasional di Bali, persiapan terus dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya adalah menjamin kemudahan dalam mendapatkan perawatan kesehatan untuk wisatawan.
Namun, di Bali hal tersebut masih belum dapat terwujud dengan sempurna. Sebab, masih ada hal penting yang disiapkan. Yakni, terkait asuransi kesehatan untuk wisatawan asing saat di Bali.
Hal ini dilihat oleh Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Zimbabwe dan Zambia di Afrika bagian Selatan, Dewa Made Juniarta Sastrawan menyarankan Bali mempersiapkan secara serius terkait masalah penanganan kesehatan.
“Kita tidak bisa kembali dalam rentang waktu 5 sampai 10 tahun ke depan dengan kondisi seperti sebelumnya. Kita harus membuat skema new tourism,” katanya dalam Webinar yang dibuat Ikatan Keluarga Besar Alumni Udayana (IKAYANA) pada Sabtu (25/9).
Belajar dari pengalaman sebagai Dubes RI di Afrika Selatan, ia diingatkan agar tidak sakit selama di negara Afrika bagian selatan, sebab fasilitas kesehatan sangat sulit didapatkan di belahan negara tersebut. Ia pun mau Bali memperhitungkan ini secara serius.
“Bali perlu fasilitas kesehatan sampai ke daerah tujuan wisatawan. Kita tahu Bali sudah mempersiapkan Nusa Dua, Sanur dan Ubud sebagai zona hijau. Kalau Sanur dan Nusa Dua masih tidak jauh-jauh (Fasilitas Kesehatan), tapi kalau di Ubud kan jauh,” terangnya.
Untuk itu, ia menyarankan agar wisatawan asing yang datang dengan membawa asuransi, dapat digunakan di pelayanan kesehatan seperti Puskesmas.
“Saran saya, di Puskemas, orang asing juga bisa perawatan. Asuransi mereka bisa digunakan di puskesmas. Ini perlu dibangun. Pasti banyak asuransi Internasional masuk ke Bali,” sarannya.
Jika hal ini bisa diterapkan di Bali, tentu pariwisata Bali akan dipandang sebagai destinasi yang sangat siap untuk menyambut wisatawan asing ditengah pandemi Covid 19 seperti ini. Lalu bagaimana caranya?
“Ini perlu konektivitas BPJS dengan asuransi milik turis asing. BPJS harus punya tim untuk ini. Semoga bisa,” tutupnya.