Di tengah suasana Tahun Baru Imlek 2574, mari sejenak mengulik kuliner legendaris chinese food di tengah Kota Denpasar : Depot Umum Batan Sabo. Konsistensi rasa menjadi kunci keberhasilan merawat fanatisme pelanggan dan tetap melegenda.
SEBAGAI kota berwawasan budaya, di Kota Denpasar, warga keturunan Tionghoa hidup berbaur, bersama warga lainnya. Salah satu menjadi bukti adanya Kawasan Pecinan di Jalan Gajah Mada yang mana dulu banyak orang Tiongkok berjualan.
Selain itu, ada juga depot (tempat makan ) khusus chinese food legendaris, milik warga keturunan Tionghoa, yakni Depot Umum Batan Sabo di Jalan Beliton, Denpasar.
Depot ini berdiri sejak 1970 menjual chinese food legendaris di Denpasar. Berarti sudah 53 tahun berjualan. Tempatnya juga berada di pusat Kota dekat kawasan Pasar Suci Kota Denpasar.
Bangunan depot ini masih bergaya lama. Tembok berwarna hijau pudar. Papan menu makananya terlihat sekali sangat jadul karena warnanya kusam. Pemiliknya masih mempertahankan konsep bangunan pertama kali dibangun. Depot ini didirikan oleh orang keturunan Tionghoa bernama Ong Siaw Hwa, yang saat ini bisnis kuliner tersebut dilanjutkan oleh anaknya bernama Tan Giok Hwa.
Ditemui di sela melayani pembeli, Tan Giok Hwa menyatakan makanan pertama yang dijual adalah sop buntut sapi dan cap cay. Resepnya turun termurun dari Ong Siaw Hwa, sang ayah.

Pembeli langganannya kebanyakan masyarakat umum, bukan Tionghoa. Bahkan, pelanggannya juga dari kalangan pejabat. “ Bupati Jembrana sering ke sini. Juga Pak Wakil Gubernur Bali, Pak Wali Kota Denpasar,” ucap wanita usia 53 tahun ini, kemarin (21/1/2023).
Menengok ke dapurnya, Tan Giok mengaku rahasia masakannya ada di kecapnya yang tidak tergantikan mereknya. Ada tiga botol di dekat tempat masak, yakni kecap minyak ikan Narcissus Fish Gravy, minyak wijen Oh Guan Heng dan saus Raja Rasa.
“ Kecap-kecap ini yang dipakai sejak dari awal,” ucap Mbok Ngah, Tukang Masak Depot Umum Batan Poh. Mbok Ngah juga sudah bekerja cukup lama sejak 1997 lalu.
Bahkan, Mbok Ngah akrab dengan pelanggan yang kerap datang ke depot salah satunya (almarhum) Raja Pemecutan Ida Cokorda Pemecutan XI“ Mbok Ngah anak kesayangan Raja Pemecutan,” tuturnya.
Selain sop buntut, Tan Giok juga menjual sate babi yang cukup laris. Harga rata-rata makannya dari Rp 18 ribu sampai Rp 33 ribu. Tan Giok mengaku dalam menjalani bisnis ini juga dibantu keponakannya yang juga generasi ketiga bernama Yoga Pradita.
Rahasia depot ini bertahan lama sampai memasuki setengah abad lebih karena pelayanan cepat dan masakannya juga enak dan gurih. Rasanya tidak pernah berubah. “ Makanan kami cepat jadi, pelanggan tidak menunggu lama,” ucapnya.
Depot Umum Batan Sabo buka setiap Senin sampai Sabtu dari pukul 09.00 sampai 20.00. Rencananya akan dibuka cabang baru tahun ini dengan konsep yang sama.
Meskipun, usia depot ini tua tetapi untuk pelayanan tidak jadul karena pelanggan bisa memesan makanan lewat aplikasi online dan juga membayar bisa memakai Qris. [ni kadek novi febriani/radar bali]