Banyak siasat dilakukan para pengamen dan pengemis untuk mendapatkan simpati. Salah satunya, yang saat ini menjadi fenomena di Denpasar adalah mengenakan busana adat Bali.
MARCEL PAMPUR, Denpasar
BILA melintas di sejumlah perempatan jalan di Denpasar, saat ini sedang ada fenomena semakin maraknya gelandangan dan pengemis serta pengamen. Mereka biasa mangkal di traffic light untuk meminta rezeki dari pengguna jalan.
Selama ini, tampilan pengamen atau pengemis berpakaian lusuh atau memasang tampang memelas. Namun, fenomena baru yang muncul adalah pengamen dan pengemis yang mengenakan busana adat Bali.
Sebagai buktinya, Selasa (18/9/2021), Satpol PP kota Denpasar menangkap tiga orang pengamen dan juga pengemis di simpang lampu merah Jalan Gatot Subroto-Jalan Nangka, Denpasar. Beberapa di antara mereka mengenakan busana adat Bali.
Kasat Pol PP Denpasar, Dewa Sayoga pun membenarkan, para pengamen atau pengemis ini sengaja mengenakan busana adat Bali. Pengenaan busana Bali, menurut Sayoga hanya trik untuk menarik simpati warga.
“Mungkin saja untuk menarik rasa simpati,” tambahnya.
Yang mengejutkan, Sayoga mengungkapkan bahwa pengamen dan pengemis yang mengenakan busana adat Bali itu tidak hanya berasal dari Bali.
“Saya luruskan, tidak semua pengamen yang berpakaian adat adalah orang Bali. Juga ada orang Jawa,” katanya Selasa (28/9/2021).
Lanjut dia, pengemis dan pengamen yang mengenakan busana adat Bali selain orang Bali itu berasal dari Situbondo dan Banyuwangi.
“Mereka juga meniru pakaian adat Bali,” ujarnya.
Jelas dia, para pengamen dan pengemis serta orang terlantar yang diamankan Satpol PP itu selanjutnya diperiksa oleh tim medis untuk seterusnya diserahkan ke Dinas Sosial.
“Selanjutnya diteruskan ke Dinas Sosial untuk pengembalian ke daerah asal,” tandasnya.