30.4 C
Denpasar
Tuesday, March 28, 2023

Dari Festival Imlek Denpasar : Penuh Warna Nusantara, Barong Landung hingga Cakalele pun Ada

Meriah! Meskipun hujan mengguyur Kota Denpasar, warga tetap antusias menonton  Festival Imlek 2574 di kawasan Jalan Gajah Mada, berlanjut ke Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung. Cita rasa Nusantara sangat terasa.

BUKAN sekadar atraksi kesenian seperti Barongsai dan Naga Liong yang menjadi ciri khas budaya warga Tionghoa. Festival ini juga diramaikan pergelaran seni budaya Nusantara. Tidak hanya warga lokal, tampak sejumlah warga negara asing (WNA) yang juga ikut menonton.

Salah satu perwakilan dari Ikatan Keluarga Minahasa (IKM)  Provinsi Bali menampilan tarian Cakalele dan tarian Maengket. Jessica,  salah seorang anggota IKM yang  saat ditemui kemarin  mengatakanbahwa  IKM Bali antusias ikut serta dalam parade Festival Imlek Bersama ini.

Menurutnya, melalui acara ini, IKM dapat memperkenalkan tarian dari Minahasa, Sulawesi Utara  kepada masyarakat Bali.Dijelaskan bahwa tarian Cakalele  adalah salah satu tarian yang terkenal berasal Minahasa yang merupakan  tarian perang yang biasa ditampilkan acara adat di kampung. “Memilih Tarian Cakalele karena terkenalnya Cakalele ini,” ujarnya.

Baca Juga:  Dokter Muda Itu Masih Dirawat, Mediasi dengan Istri Belum Dilakukan

Tidak hanya itu, dari  Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT)  melalui Ikatan Keluarga Ngada (Ikada) juga menampilkan pakaian etnis Bajawa. Pakaian etnis Bajawa terkenal dengan kain tenunnya.

Salah satu Pengurus Ikada Bali, Firmus Jawa menjelaskan bahwa keterlibatan di festival ini sebagai bentuk dukungan Ikada dalam mewujudkan Kebhinekaan. ” Kami sangat mendukung dengan acara ini, kami datang kesini berjumlah 20 orang,” ucapnya, Sabtu (28/1/2023).

Sementaraitu,  WNA dari Netherlands, Jan Van Luijk yang turut menonton festival ini. Ia mengaku baru pertama kali datang menonton Festival Imlek ini.

Baginya, dia tidak mempermasalahkan hujan,  karena dia sangat  senang melihat orang-orang yang datang menyaksikan festival ini. ” Untuk saya, ini pertama kali saya menyaksikan festival ini. Saya tidak tidak tahu persis maknanya apa. Tapi saya senang  melihat orang-orang yang datang,” terangnya.

Baca Juga:  Sambut Imlek dengan Persembahyangan Membakar Kertas Emas

Dalam kegiatan ini dimeriahkan dengan pergelaran 200 barongsai dari 9 paguyuban Barongsai serta parade Wushu sebanyak 200 peserta, parade Liong, parade pakaian khas Tionghoa .

Juga ada peserta dari banjar-banjar dengan penampilan barong, rangda khas Bali seperti Barong Ket, Barong Landung, parade kesenian beragam etnis Nusantara  seperti  Reog Ponorogo, dari Ponorogo, Jatim,  dan lain-lain. [ni kadek novi febriani/radar bali] 

 



Meriah! Meskipun hujan mengguyur Kota Denpasar, warga tetap antusias menonton  Festival Imlek 2574 di kawasan Jalan Gajah Mada, berlanjut ke Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung. Cita rasa Nusantara sangat terasa.

BUKAN sekadar atraksi kesenian seperti Barongsai dan Naga Liong yang menjadi ciri khas budaya warga Tionghoa. Festival ini juga diramaikan pergelaran seni budaya Nusantara. Tidak hanya warga lokal, tampak sejumlah warga negara asing (WNA) yang juga ikut menonton.

Salah satu perwakilan dari Ikatan Keluarga Minahasa (IKM)  Provinsi Bali menampilan tarian Cakalele dan tarian Maengket. Jessica,  salah seorang anggota IKM yang  saat ditemui kemarin  mengatakanbahwa  IKM Bali antusias ikut serta dalam parade Festival Imlek Bersama ini.

Menurutnya, melalui acara ini, IKM dapat memperkenalkan tarian dari Minahasa, Sulawesi Utara  kepada masyarakat Bali.Dijelaskan bahwa tarian Cakalele  adalah salah satu tarian yang terkenal berasal Minahasa yang merupakan  tarian perang yang biasa ditampilkan acara adat di kampung. “Memilih Tarian Cakalele karena terkenalnya Cakalele ini,” ujarnya.

Baca Juga:  Semarak Menyambut Imlek 2574 di Bali (2) : Inti Tabanan Pasang Ratusan Lampion

Tidak hanya itu, dari  Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT)  melalui Ikatan Keluarga Ngada (Ikada) juga menampilkan pakaian etnis Bajawa. Pakaian etnis Bajawa terkenal dengan kain tenunnya.

Salah satu Pengurus Ikada Bali, Firmus Jawa menjelaskan bahwa keterlibatan di festival ini sebagai bentuk dukungan Ikada dalam mewujudkan Kebhinekaan. ” Kami sangat mendukung dengan acara ini, kami datang kesini berjumlah 20 orang,” ucapnya, Sabtu (28/1/2023).

Sementaraitu,  WNA dari Netherlands, Jan Van Luijk yang turut menonton festival ini. Ia mengaku baru pertama kali datang menonton Festival Imlek ini.

Baginya, dia tidak mempermasalahkan hujan,  karena dia sangat  senang melihat orang-orang yang datang menyaksikan festival ini. ” Untuk saya, ini pertama kali saya menyaksikan festival ini. Saya tidak tidak tahu persis maknanya apa. Tapi saya senang  melihat orang-orang yang datang,” terangnya.

Baca Juga:  Dokter Muda Itu Masih Dirawat, Mediasi dengan Istri Belum Dilakukan

Dalam kegiatan ini dimeriahkan dengan pergelaran 200 barongsai dari 9 paguyuban Barongsai serta parade Wushu sebanyak 200 peserta, parade Liong, parade pakaian khas Tionghoa .

Juga ada peserta dari banjar-banjar dengan penampilan barong, rangda khas Bali seperti Barong Ket, Barong Landung, parade kesenian beragam etnis Nusantara  seperti  Reog Ponorogo, dari Ponorogo, Jatim,  dan lain-lain. [ni kadek novi febriani/radar bali] 

 


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru