SEMARAPURA – Wisatawan baik domestik (wisdom) maupun mancanegara (wisman)banyak berkunjung ke Kabupaten Klungkung, utamanya ke wilayah Kecamatan Nusa Penida meski masih di tengah pandemi Covid-19. Sayangnya kondisi itu tidak terjadi di Pantai Karangnadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan. Padahal sebelum pandemi, pantai itu banyak dikunjungi wisman untuk melihat cara pembuatan garam tradisional Kusamba.
Petani garam tradisional Pantai Karangnadi, Nengah Kerta Yasa belum lama ini mengungkapkan, belum ada satu pun wisman yang berkunjung ke Pantai Karangnadi untuk melihat proses pembuatan garam tradisional Kusamba selama pandemi ini. Padahal sebelum pandemi, banyak wisman yang berkunjung dan membeli garam tradisional Kusamba. “Terutamanya wisatawan asal Jepang,” ungkapnya.
Padahal dari kunjungan wisman itu, dia mengakui biasa mendapat keuntungan lebih dari menjual garam tradisional Kusamba. Bila kepada warga lokal dia biasa menjual garam dengan harga Rp 10 ribu – Rp 15 ribu per kilogram, kepada wisman bisa lebih dari itu. “Kalau wisatawan mancanegara biasanya beli garam dengan harga lebih dari Rp 15 ribu per kilogram,” terangnya.
Dengan sepinya kunjungan wisman dan pembelian dari warga lokal, dia mengaku lebih banyak menjual garam ke koperasi. Di mana harganya cukup murah ketimbang menjual kepada wisatawan, yakni Rp 10 ribu per kilogram. Mengingat biasanya koperasi membeli dalam jumlah banyak. “Hanya saja pembayarannya biasanya bulanan. Jadi seperti menabung. Kalau wisatawan, beli langsung membayar,” ujarnya.
Namun begitu, dia sangat bersyukur garamnya masih tetap ada yang membeli. Mengingat mencari uang di tengah perekonomian yang terdampak Covid-19 cukup berat. “Saya sambil membuat porosan (sarana upacara) juga. Hasilnya tidak seberapa, cuma Rp 5 ribu per hari. Saya mengandalkan penjualan garam,” tandasnya. (ayu/rid)