Nyepi Segara di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, bisa menjadi salah satu wujud toleransi beragama. Dalam Nyepi Segara, babi menjadi salah satu sarana upakara. Namun, bebek turut menjadi sarana upakara karena sumbangan warga Muslim.
DEWA AYU PITRI ARISANTI, Semarapura
SEBAGAIMANA ritual Nyepi menyambut tahun baru Caka, tujuan ritual Nyepi yang bersifat lokal juga kerap tak jauh berbeda. Termasuk dengan Nyepi Segara.
Menurut Bendesa Adat Kusamba, Anak Agung Gede Raka Swastika, Nyepi Segara berkaitan dengan Karya Ngusaba Segara di desa adat tersebut yang merupakan bentuk syukur masyarakat.
“Terutamanya bentuk syukur bagi mereka yang mencari nafkah di pantai tersebut,” jelas Raka, Rabu (20/10).
Lebih lanjut dituturkannya, Karya Ngusaba Segara awalnya merupakan ritual yang diselenggarakan oleh warga yang mencari nafkah di sepanjang Pantai Desa Kusamba. Mulai dari nelayan, petani garam, pedagang ikan dan lainnya.
Itu sebabnya dalam ritual itu tidak hanya menggunakan sarana daging babi namun juga bebek. Sebab dahulu umat Muslim yang mencari nafkah di Desa Kusamba juga ikut menyumbang untuk menggelar ritual tersebut.
“Setelah dibentuknya desa adat, upacara tersebut digelar oleh desa adat. Tetapi sarana upacaranya tetap sama,” jelasnya.
Raka mengatakan, bila ritual itu berjalan dengan baik, masyarakat berkeyakinan Tuhan akan memberi tanda dengan melimpahnya ikan di perairan Desa Kusamba setelah digelarnya Nyepi Segara.
Bahkan, lanjut dia, dulu menurutnya ada banyak ikan terdampar di pesisir pantai Desa Kusamba setelah digelarnya Nyepi Segara.
“Karena terlalu banyak, dulu pernah sampai dikubur ikannya. Tetapi di sasih (bulan) kelima (kalender Bali, Red) seperti saat ini memang sedang musim ikan,” tandas Raka. (habis)