28.7 C
Denpasar
Saturday, April 1, 2023

Mesuryak Digelar Sederhana karena Masih Kondisi Pandemi Covid-19

Kendati di tengah pandemi Covid-19 tradisi Mesuryak di Banjar Bongan Gede, Desa Bongan, Tabanan masih tetap dijalankan oleh masyarakat pada Hari Raya Kuningan, Sabtu (20/11).

 

JULIADI, Tabanan

 

TRADISI Mesuryak memang telah berlangsung secara turun temurun dan itu digelar setiap momen Perayaan Hari Raya Kuningan atau 10 hari setelah Hari Raya Suci Galungan.

 

Entah kapan mulainya digelar tradisi Mesuryak oleh tetua di Banjar Dinas Bongan Gede yang disebut sudah berusia ratusan tidak ada mengetahuinya dengan pasti. Yang jelas tradisi ini sudah ada sejak dahulu kala dan tetap lestari hingga saat ini.

 

Saat Tradisi Mesuryak digelar sekitar pukul 09.30 WITA di Banjar Dinas Bongan Gede suka cita dari warga sangat terasa untuk memeriahkan tradisi ini. Sambil bersorak warga sambil berebut uang yang dilempar ke udara. Uang yang dilemparkan ke udara mulai dari pecahan lembaran 2 ribuan hingga 20 ribuan.

Baca Juga:  Sebelum Ditemukan Tewas, Dewa Fajar Merayakan Ultah Teman

 

Sebelum digelar tradisi ini terlebih dahulu diawali dengan melangsungkan persembahyangan di Pura Dalem. Kemudian dilanjutkan dengan persembahyangan di masing masing sanggah merajan.

 

Usai sembahyang, banten upacara Hari Raya Kuningan yang merupakan simbol dari para leluhur dibawa ke kori agung (pintu gerbang) rumah masing masing.

 

Di depan kori, segala macam banten sesajen diupacarai oleh pemangku ataupun tetua. Berlanjut dengan prosesi Mesuryak atau membagi-bagikan uang.

Kelian Adat Banjar Bongan Gede Tabanan Komang Suparman mengatakan tradisi mesuryak di tengah pandemi Covid-19 dijalankan secara sederhana, tetapi tidak mengurangi nilainya.

Tujuan tradisi mesuryak atau membagi-bagikan dengan melempar uang ke atas udara merupaka sebagai simbol memberi bekal kepada leluhur berupa uang kertas maupun uang logam.

 

Uang yang dilemparkan ke udara sambil mesuryak (bersorak) lalu diperebutkan oleh banyak orang. Baik laki-laki, perempuan, anak anak dan dewasa.

 

“Untuk besaran uang yang digunakan mesuryak tergantung dari kemampuan warga.  Yang paling tinggi bisa sampai Rp 5 Juta paling rendah Rp 500 ribu,” ujarnya.

Baca Juga:  Pilkel Desa Wisma Kerta, Merta Yoga dan Suyasa Curi Perhatian Warga

 

Namun karena kondisi pandemi Covid-19, tradisi mesuryak memang tak seperti dulunya yang ramai dilakukan. Saat ini disesuaikan dengan kondisi keuangan setiap kepala keluarga. Jika tidak mampu melakukan tradisi juga tidak apa-apa. Karena tradisi ini mengutamakan rasa syukur dan ikhlas.

 

“Jadi tidak ada paksaan semampunya uang dibagikan, Jika ada warga ekonominya lebih, otomatis bekal uang yang dibagikan besar. Begitu pula sebaliknya. Yang pasti niat tulus dari tradisi ini untuk mengantarkan roh leluhur,” jelas Komang Suparman.  

 

Diakuinya, tradisi mesuryak di tengah pandemi Covid-19 memang jauh berbeda. Warga melaksanakan dengan jumlah terbatas. Namun tidak mengurangi nilai dari tradisi ini.

 

“Kami berharap selain tradisi ini lestari, juga kondisi normal kembali. Karena sudah dua tahun kondisi sulit dialami masyarakat Bali,” pungkasnya.



Kendati di tengah pandemi Covid-19 tradisi Mesuryak di Banjar Bongan Gede, Desa Bongan, Tabanan masih tetap dijalankan oleh masyarakat pada Hari Raya Kuningan, Sabtu (20/11).

 

JULIADI, Tabanan

 

TRADISI Mesuryak memang telah berlangsung secara turun temurun dan itu digelar setiap momen Perayaan Hari Raya Kuningan atau 10 hari setelah Hari Raya Suci Galungan.

 

Entah kapan mulainya digelar tradisi Mesuryak oleh tetua di Banjar Dinas Bongan Gede yang disebut sudah berusia ratusan tidak ada mengetahuinya dengan pasti. Yang jelas tradisi ini sudah ada sejak dahulu kala dan tetap lestari hingga saat ini.

 

Saat Tradisi Mesuryak digelar sekitar pukul 09.30 WITA di Banjar Dinas Bongan Gede suka cita dari warga sangat terasa untuk memeriahkan tradisi ini. Sambil bersorak warga sambil berebut uang yang dilempar ke udara. Uang yang dilemparkan ke udara mulai dari pecahan lembaran 2 ribuan hingga 20 ribuan.

Baca Juga:  Sebelum Ditemukan Tewas, Dewa Fajar Merayakan Ultah Teman

 

Sebelum digelar tradisi ini terlebih dahulu diawali dengan melangsungkan persembahyangan di Pura Dalem. Kemudian dilanjutkan dengan persembahyangan di masing masing sanggah merajan.

 

Usai sembahyang, banten upacara Hari Raya Kuningan yang merupakan simbol dari para leluhur dibawa ke kori agung (pintu gerbang) rumah masing masing.

 

Di depan kori, segala macam banten sesajen diupacarai oleh pemangku ataupun tetua. Berlanjut dengan prosesi Mesuryak atau membagi-bagikan uang.

Kelian Adat Banjar Bongan Gede Tabanan Komang Suparman mengatakan tradisi mesuryak di tengah pandemi Covid-19 dijalankan secara sederhana, tetapi tidak mengurangi nilainya.

Tujuan tradisi mesuryak atau membagi-bagikan dengan melempar uang ke atas udara merupaka sebagai simbol memberi bekal kepada leluhur berupa uang kertas maupun uang logam.

 

Uang yang dilemparkan ke udara sambil mesuryak (bersorak) lalu diperebutkan oleh banyak orang. Baik laki-laki, perempuan, anak anak dan dewasa.

 

“Untuk besaran uang yang digunakan mesuryak tergantung dari kemampuan warga.  Yang paling tinggi bisa sampai Rp 5 Juta paling rendah Rp 500 ribu,” ujarnya.

Baca Juga:  Gandeng Bumdes, Terapkan Layanan Pesan Antar Selama Pandemi Covid-19

 

Namun karena kondisi pandemi Covid-19, tradisi mesuryak memang tak seperti dulunya yang ramai dilakukan. Saat ini disesuaikan dengan kondisi keuangan setiap kepala keluarga. Jika tidak mampu melakukan tradisi juga tidak apa-apa. Karena tradisi ini mengutamakan rasa syukur dan ikhlas.

 

“Jadi tidak ada paksaan semampunya uang dibagikan, Jika ada warga ekonominya lebih, otomatis bekal uang yang dibagikan besar. Begitu pula sebaliknya. Yang pasti niat tulus dari tradisi ini untuk mengantarkan roh leluhur,” jelas Komang Suparman.  

 

Diakuinya, tradisi mesuryak di tengah pandemi Covid-19 memang jauh berbeda. Warga melaksanakan dengan jumlah terbatas. Namun tidak mengurangi nilai dari tradisi ini.

 

“Kami berharap selain tradisi ini lestari, juga kondisi normal kembali. Karena sudah dua tahun kondisi sulit dialami masyarakat Bali,” pungkasnya.


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru