GIANYAR-Sebagai bentuk toleransi, anak-anak dari kelompok Bermain dan TK Santa Maria Ratu Rosari, Gianyar ikut menyemarakan pawai ogoh-ogoh. Kegiatan itu dilaksanakan pada Senin (20/3) lagi. Perarakan ogoh-ogoh itu dilakukan di sepanjang Jalan Raya Mulawarman.
Agata selaku Kepala TK Santa Maria Ratu Rosari, Gianyar menjelaskan, selain dalam rangka bentuk toleransi, perarakan ogoh-ogoh ini sendiri dilakukan untuk mengenalkan dan melestarikan budaya Bali sejak dini kepada anak-anak kelompok Bermain dan TK Santa Maria Ratu Rosari, Gianyar. Sebagaimana diketahui, TK Santa Maria Ratu Rosari, Gianyar merupakan sekolah yang dikelola oleh yayasan Katolik.
“Kami ingin memupuk kreativitas anak-anak kami. Selain itu juga untuk mengenalkan dan melestarikan budaya Bali sejak dini,” katanya. Dalam kegiatan itu, anak-anak didampingi oleh para guru, orang tua dan juga para biarawati.
Anak-anak sebanyak 169 orang tersebut tampak riang sembari mengusung ogoh-ogoh secara bersama. Mereka juga mengenakan busana adat Bali, seperti udeng, kamen dan saput poleng. Yang menarik pula, ogoh-ogoh dibuat selama proses pembelajaran sebelum akhirnya diarak.
Selain mengenakan busana adat Bali, anak-anak itu juga menabuh gamelan. Ada yang menabuh kendang hingga Cengceng. Arakan ogoh-ogoh di pinggir jalan ini pun menarik perhatian pengendara yang melintas.
Reporter: Marsellus Nabunome Pampur
GIANYAR-Sebagai bentuk toleransi, anak-anak dari kelompok Bermain dan TK Santa Maria Ratu Rosari, Gianyar ikut menyemarakan pawai ogoh-ogoh. Kegiatan itu dilaksanakan pada Senin (20/3) lagi. Perarakan ogoh-ogoh itu dilakukan di sepanjang Jalan Raya Mulawarman.
Agata selaku Kepala TK Santa Maria Ratu Rosari, Gianyar menjelaskan, selain dalam rangka bentuk toleransi, perarakan ogoh-ogoh ini sendiri dilakukan untuk mengenalkan dan melestarikan budaya Bali sejak dini kepada anak-anak kelompok Bermain dan TK Santa Maria Ratu Rosari, Gianyar. Sebagaimana diketahui, TK Santa Maria Ratu Rosari, Gianyar merupakan sekolah yang dikelola oleh yayasan Katolik.
“Kami ingin memupuk kreativitas anak-anak kami. Selain itu juga untuk mengenalkan dan melestarikan budaya Bali sejak dini,” katanya. Dalam kegiatan itu, anak-anak didampingi oleh para guru, orang tua dan juga para biarawati.
Anak-anak sebanyak 169 orang tersebut tampak riang sembari mengusung ogoh-ogoh secara bersama. Mereka juga mengenakan busana adat Bali, seperti udeng, kamen dan saput poleng. Yang menarik pula, ogoh-ogoh dibuat selama proses pembelajaran sebelum akhirnya diarak.
Selain mengenakan busana adat Bali, anak-anak itu juga menabuh gamelan. Ada yang menabuh kendang hingga Cengceng. Arakan ogoh-ogoh di pinggir jalan ini pun menarik perhatian pengendara yang melintas.
Reporter: Marsellus Nabunome Pampur