NEGARA – Harga beras mengalami kenaikan dalam beberapa minggu terakhir. Naiknya harga beras ini dipengaruhi harga gabah yang melambung tinggi, bahkan disebut harga perkilogram tertinggi sepanjang sejarah. Namun, karena belum musim panen raya, tidak semua petani bisa menjual padi di harga tertinggi.
Menurut Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Jembrana, I Putu Sentana, harga gabah saat ini memang mahal, tertinggi sejak bebrapa tahun terkhir. “Harga gabah selangit sekarang, harga tertinggi sepanjang sejarah,” ungkapnya, Jumat (10/2).
Menurutnya, harga gabah kering sawah saat ini diharga Rp 6 ribu per kilogram. Sedangkan gabah kering giling sekitar Rp 7 ribu per kilogram. Harga saat ini disebut tertinggi sepanjang sejarah, karena tahun lalu saja harga gabah kering sawah hanya Rp 4.500 per kilogram. Harga turun saat puncak panen raya sekitar Rp 4.200 per kilogram. “Makanya sepanjang sejarah, saat ini tertinggi,” terangnya.
Kenaikan harga gabah ini dipengaruhi banyak faktor, mulai faktor alam dan faktor pasar. Mengenai harga gabah ini dipengaruhi pasar. Cuaca saat ini memang tidak mendukung, dimana sering terjadi hujan dan angin mempengaruhi produksi pertanian. “Karena memang barangnya (gabah) langka, diambil saja sama orang dengan harga segitu (mahal),” jelasnya.
Menurutnya, harga gabah yang mahal, maka pasti mempengaruhi harga jual beras. Saat ini harga beras Rp 12 ribu. Namun harga gabah ini bisa turun ketika panen raya yang diprediksi pada akhir bulan Februari ini. “Biasanya kalau panen raya turun harga gabah, sulit diprediksi situasi saat ini,” ungkapnya.
Harga saat ini merupakan tertinggi dan tidak mungkin naik lagi karena sudah mendekati panen raya. Namun stok gabah di Jembrana, masih kosong di sejumlah penggilingan padi karena belum semua sawah panen. “Nanti pasti turun kalau sudah musim panen raya,” terangnya.
Mengenai tingginya harga gabah ini disambut baik petani, karena saat ini masih belum memasuki musim panen. (bas)