28.7 C
Denpasar
Friday, June 9, 2023

Sepanjang Pantai Jembrana Rawan Abrasi Akhirnya Ditata dan Ditangani Bertahap

NEGARA – Sepanjang pantai Jembrana 71 kilometer menjadi kawasan yang rawan abrasi, sejumlah titik menjadi daerah terdampak terparah. Namun pengerjaan yang dilakukan bertahap dengan revetment baru dilakukan di beberapa lokasi. Abrasi terparah di Desa Banyubiru, masih diusulkan pemerintah kabupaten Jembrana kepada pemerintah pusat agar direaliasikan tahun depan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Pemukiman Jembrana I Wayan Sudiarta mengatakan, panjang pantai Jembrana 71 kilometer rawan abrasi. Beberapa lokasi sudah terjadi, bahkan ada yang terparah hingga menghilangkan puluhan rumah. “Sudah ada yang ditangani dengan revetment,” ujarnya, Kamis (15/12).

Penanganan abrasi tahun ini dilakukan di tiga lokasi berbeda dengan panjang revetment yang berbeda. Diantarnya, Kelurahan Gilimanuk, Desa Candikusuma dan Desa Delodberawah. Beberapa tahun sebelumnya, juga sudah ditangani seperti di Desa Cupel, Desa Baluk, Desa Pulukan, Desa Penyaringan dan Desa Medewi. “Masih banyak yang perlu ditangani,” ujarnya.

Baca Juga:  DUH! Abrasi Tegal Besar Kian Parah, Dana Malah Dinolkan Untuk Covid-19

Sejumlah titik yang saat ini sudah parah tergerus abrasi, seperti pantai Pebuahan, Desa Banyubiru. Abrasi pantai yang terjadi di Banjar Pebuahan dinilai kritis dan perlu penanganan cepat.

Karena itu, Pemerintah Kabupaten Jembrana mengusulkan kepada pusat untuk revetment sebesar Rp 100 miliar kepada pemerintah pusat. Anggaran tersebut untuk pengamanan di Pantai Pebuahan sekitar 2 kilometer, Desa Cupel diperkirakan bisa menangani sekitar 350 meter hingga 1 kilometer.

Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan, pengerjaan revetment untuk  pengaman pantai sebenarnya merupakan tanggungjawab dan kewenangan dari Balai Wilayah Sungai Bali Penida. “Kita hanya mendapatkan hasil dari pengerjaannya. Karena ada masyarakat Jembrana yang terdampak,” ujarnya.

Menurut bupati, pengamanan pantai ini berdampak positif bagi masyarakat.  Karena bertahun-tahun selalu resah dengan abrasi yang parah, bahkan membuat rumah warga rusak berat. Terutama ketika banjir rob dan laut pasang.

Baca Juga:  Lahan Tergerus Abrasi, Warga Desa Banyubiru Bangun Senderan Pantai Sendiri

Pengerjaan pengaman pantai tahun ini ada tiga lokasi, Pantai Gilimanuk, Candikusuma dan Delodberawah dengan anggaran Rp 40 miliar. Daerah lain yang abrasi sudah diusulkan kepada pemerintah pusat dengan nilai usulan Rp 100 miliar, diharapkan direalisasikan tahun depan. “Kita masih punya utang kepada masyarakat, seperti di Pebuahan, Desa Banyubiru yang paling keras abrasinya, kita masih perjuangkan ke pusat,” ungkapnya.

Mengenai pengaman pantai di Kelurahan Gilimanuk, masih menyisakan sedikit yang belum ditangani karena ada kabel bawah laut. proyek akan dialirkan sekitar 6 meter pada tahun 2023. “Saya minta pada pemborong agar pembuangan air darat darat ke laut diperhatikan. Karena dengan senderan pantai yang tinggi rawan banjir ketika hujan terjadi,” tandasnya. (bas/rid)



NEGARA – Sepanjang pantai Jembrana 71 kilometer menjadi kawasan yang rawan abrasi, sejumlah titik menjadi daerah terdampak terparah. Namun pengerjaan yang dilakukan bertahap dengan revetment baru dilakukan di beberapa lokasi. Abrasi terparah di Desa Banyubiru, masih diusulkan pemerintah kabupaten Jembrana kepada pemerintah pusat agar direaliasikan tahun depan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Pemukiman Jembrana I Wayan Sudiarta mengatakan, panjang pantai Jembrana 71 kilometer rawan abrasi. Beberapa lokasi sudah terjadi, bahkan ada yang terparah hingga menghilangkan puluhan rumah. “Sudah ada yang ditangani dengan revetment,” ujarnya, Kamis (15/12).

Penanganan abrasi tahun ini dilakukan di tiga lokasi berbeda dengan panjang revetment yang berbeda. Diantarnya, Kelurahan Gilimanuk, Desa Candikusuma dan Desa Delodberawah. Beberapa tahun sebelumnya, juga sudah ditangani seperti di Desa Cupel, Desa Baluk, Desa Pulukan, Desa Penyaringan dan Desa Medewi. “Masih banyak yang perlu ditangani,” ujarnya.

Baca Juga:  Lahan Tergerus Abrasi, Warga Desa Banyubiru Bangun Senderan Pantai Sendiri

Sejumlah titik yang saat ini sudah parah tergerus abrasi, seperti pantai Pebuahan, Desa Banyubiru. Abrasi pantai yang terjadi di Banjar Pebuahan dinilai kritis dan perlu penanganan cepat.

Karena itu, Pemerintah Kabupaten Jembrana mengusulkan kepada pusat untuk revetment sebesar Rp 100 miliar kepada pemerintah pusat. Anggaran tersebut untuk pengamanan di Pantai Pebuahan sekitar 2 kilometer, Desa Cupel diperkirakan bisa menangani sekitar 350 meter hingga 1 kilometer.

Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan, pengerjaan revetment untuk  pengaman pantai sebenarnya merupakan tanggungjawab dan kewenangan dari Balai Wilayah Sungai Bali Penida. “Kita hanya mendapatkan hasil dari pengerjaannya. Karena ada masyarakat Jembrana yang terdampak,” ujarnya.

Menurut bupati, pengamanan pantai ini berdampak positif bagi masyarakat.  Karena bertahun-tahun selalu resah dengan abrasi yang parah, bahkan membuat rumah warga rusak berat. Terutama ketika banjir rob dan laut pasang.

Baca Juga:  DUH! Abrasi Tegal Besar Kian Parah, Dana Malah Dinolkan Untuk Covid-19

Pengerjaan pengaman pantai tahun ini ada tiga lokasi, Pantai Gilimanuk, Candikusuma dan Delodberawah dengan anggaran Rp 40 miliar. Daerah lain yang abrasi sudah diusulkan kepada pemerintah pusat dengan nilai usulan Rp 100 miliar, diharapkan direalisasikan tahun depan. “Kita masih punya utang kepada masyarakat, seperti di Pebuahan, Desa Banyubiru yang paling keras abrasinya, kita masih perjuangkan ke pusat,” ungkapnya.

Mengenai pengaman pantai di Kelurahan Gilimanuk, masih menyisakan sedikit yang belum ditangani karena ada kabel bawah laut. proyek akan dialirkan sekitar 6 meter pada tahun 2023. “Saya minta pada pemborong agar pembuangan air darat darat ke laut diperhatikan. Karena dengan senderan pantai yang tinggi rawan banjir ketika hujan terjadi,” tandasnya. (bas/rid)


Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru