26.5 C
Denpasar
Sunday, June 4, 2023

Abrasi Pantai Jembrana Tak Kunjung Ditangani, Warga Ancam Boikot Pemilu 2024

NEGARA- Pembangunan senderan pantai yang terdampak abrasi di wilayah Jembrana, batal dikerjakan tahun 2023 ini. Pembangunan lagi-lagi dijanjikan dilaksanakan pada tahun 2024 mendatang. Molornya pembangunan senderan pantai terdampak abrasi ini membuat warga kecewa, terutama yang terdampak abrasi cukup parah.

Berdasarkan hasil koordinasi Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahaan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana dengan Balai Wilayah Sungai Kementerian Pekerja Umum, tahun ini untuk wilayah Jembrana hanya dianggarkan operasi dan pemeliharaan, tidak ada pembangunan senderan.

Kepala Bidang Sumberdaya Air Dinas PUPRPKP Jembrana I Gede Sugianta mengatakan, pembangunan senderan pantai di sejumlah titik pesisir pantai Jembrana bukan dilakukan tahun ini. “Nanti (tahun ini) hanya ada OP (operasi dan pemeliharaan) terhadap senderan yang kondisinya perlu perbaikan,” jelasnya.

Lokasi senderan yang perlu diperbaiki, masih dalam pendataan oleh petugas dengan penelusuran ke lapangan. Sedangkan untuk pembangunan senderan, pihak kementerian menyasar wilayah Singaraja, Buleleng.

Sugianto memastikan usulan pembangunan senderan di wilayah Jembrana sudah disampaikan ke pusat. Diharapkan pembangunan revetment di Jembrana dilakukan di tahun 2024.  Pembangunan fokus ke daerah yang memiliki tingkat abrasi parah, seperti di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru dan Pantai Rambut Siwi dan Desa Yeh Embang Kangin.”Kalau pembangunan, rencananya dan mudah-mudahan di 2024 mendatang. Itu nanti di Pebuahan dan Rambut Siwi,” ungkapnya.

Sugianta mengakui kerusakan akibat abrasi yang terjadi di Pantai Pebuahan sangat parah, sehingga perlu penanganan secara menyeluruh. Karena pantai yang terdampak abrasi cukup panjang, sekitar 2 kilometer maka memerlukan biaya puluhan miliar. Karena tidak ada penanganan abrasi pada abrasi yang parah, warga tedampak abrasi kecewa.

Baca Juga:  Winasa Optimistis Anaknya Menang karena Pendukung Setia Tak Berpaling

Salah satunya Yanto, warga Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara. Dia mengatakan, dengan kondisi abrasi yang semakin parah setiap tahun, semestinya segera dibangun senderan pengaman pantai dari abrasi.”Janji tahun 2023, tapi infomasinya ditunda lagi,” ujarnya.

Menurut Yanto, informasi yang diterima untuk penanganan abrasi oleh pemerintah pusat tahun ini di wilayah Singaraja. Tahun ini Jembrana tidak ada pembangunan senderan pantai untuk mencegah abrasi. “Kami kecewa, pemerintah kabupaten terkesan hanya menyampaikan usulan tanpa ada upaya agar bisa terealisasi,” ungkapnya.

Menurutnya Yanto, masyarakat menuding pemerintah kabupaten Jembrana, terlebih Bupati Jembrana I Nengah Tamba tidak ada niat serius membantu masyarakat dengan mengupayakan pembangunan senderan terwujud. “Hanya janji terus, apalagi tahun politik. Selama ini calon silih berganti datang janjikan penanganan abrasi, tetapi tidak ada yang terbukti. Kami hanya dijadikan komoditi politik dan janji politik,” ungkapnya.

Apabila memang ditunda lagi tahun depan bertepatan dengan pemilu serentak, maka warga sudah mengultimatum tidak ada pemilu di Banjar Pebuahan. Bukan hanya tidak akan menyalurkan hak pilih pada saat pemilihan presiden, legislatif dan bupati, tempat pemungutan suara (TPS) juga ditiadakan sebagai tanda boikot pemilu 2024. “Kami akan boikot pemilu 2024. Kalau ada TPS lebih baik pindah ke tempat lain, daripada dibakar warga,” ungkapnya.

Baca Juga:  Tekan Efek Negatif, Distan Jembrana Mulai Kurangi Jatah Pupuk Kimia

Diberitakan sebelumnya, kesekian kalinya, warga Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, membuat senderan sendiri pantai yang tergerus abrasi. Karena abrasi pantai yang terjadi sudah semakin parah, akses jalan terputus dan puluhan rumah hilang karena daratan sudah tergerus abrasi.

Senderan yang dibuat sendiri oleh warga menggunakan pasir dan batu yang ada di sekitar pantai. Proses pembuatan senderan dengan alat berat yang dipinjam dari dari pemerintah kabupaten. Namun untuk biaya pembelian solar swadaya oleh warga.

Menurutnya, pembuatan senderan dengan pasir tersebut sudah dilakukan kesekian kalinya. Sudah tidak terhitung berapa kali warga memperbaiki senderan pantai  agar tidak tergerus abrasi, namun tidak bertahan lama. Saat gelombang pasang, senderan hanya dalam hitungan hari sudah hilang lagi.

Karena upaya membuat senderan secara mandiri ini selalu hancur, warga berharap usulan yang disampaikan warga dan pemerintah kabupaten Jembrana kepada pemerintah pusat segera terealisasi tahun 2023 ini.

Warga mendesak agar senderan segara direalisasikan tahun 2023 ini, karena pantai Pebuahan merupakan pantai terparah tergerus abrasi. Setiap tahun belasan meter daratan tergerus abrasi, dampaknya pemukiman dan tempat usaha kuliner warga hilang. (bas)

 

 



NEGARA- Pembangunan senderan pantai yang terdampak abrasi di wilayah Jembrana, batal dikerjakan tahun 2023 ini. Pembangunan lagi-lagi dijanjikan dilaksanakan pada tahun 2024 mendatang. Molornya pembangunan senderan pantai terdampak abrasi ini membuat warga kecewa, terutama yang terdampak abrasi cukup parah.

Berdasarkan hasil koordinasi Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahaan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana dengan Balai Wilayah Sungai Kementerian Pekerja Umum, tahun ini untuk wilayah Jembrana hanya dianggarkan operasi dan pemeliharaan, tidak ada pembangunan senderan.

Kepala Bidang Sumberdaya Air Dinas PUPRPKP Jembrana I Gede Sugianta mengatakan, pembangunan senderan pantai di sejumlah titik pesisir pantai Jembrana bukan dilakukan tahun ini. “Nanti (tahun ini) hanya ada OP (operasi dan pemeliharaan) terhadap senderan yang kondisinya perlu perbaikan,” jelasnya.

Lokasi senderan yang perlu diperbaiki, masih dalam pendataan oleh petugas dengan penelusuran ke lapangan. Sedangkan untuk pembangunan senderan, pihak kementerian menyasar wilayah Singaraja, Buleleng.

Sugianto memastikan usulan pembangunan senderan di wilayah Jembrana sudah disampaikan ke pusat. Diharapkan pembangunan revetment di Jembrana dilakukan di tahun 2024.  Pembangunan fokus ke daerah yang memiliki tingkat abrasi parah, seperti di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru dan Pantai Rambut Siwi dan Desa Yeh Embang Kangin.”Kalau pembangunan, rencananya dan mudah-mudahan di 2024 mendatang. Itu nanti di Pebuahan dan Rambut Siwi,” ungkapnya.

Sugianta mengakui kerusakan akibat abrasi yang terjadi di Pantai Pebuahan sangat parah, sehingga perlu penanganan secara menyeluruh. Karena pantai yang terdampak abrasi cukup panjang, sekitar 2 kilometer maka memerlukan biaya puluhan miliar. Karena tidak ada penanganan abrasi pada abrasi yang parah, warga tedampak abrasi kecewa.

Baca Juga:  Baru Ditanam, Tanaman di Kebun Raya Jagatnatha Jembrana Mati

Salah satunya Yanto, warga Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara. Dia mengatakan, dengan kondisi abrasi yang semakin parah setiap tahun, semestinya segera dibangun senderan pengaman pantai dari abrasi.”Janji tahun 2023, tapi infomasinya ditunda lagi,” ujarnya.

Menurut Yanto, informasi yang diterima untuk penanganan abrasi oleh pemerintah pusat tahun ini di wilayah Singaraja. Tahun ini Jembrana tidak ada pembangunan senderan pantai untuk mencegah abrasi. “Kami kecewa, pemerintah kabupaten terkesan hanya menyampaikan usulan tanpa ada upaya agar bisa terealisasi,” ungkapnya.

Menurutnya Yanto, masyarakat menuding pemerintah kabupaten Jembrana, terlebih Bupati Jembrana I Nengah Tamba tidak ada niat serius membantu masyarakat dengan mengupayakan pembangunan senderan terwujud. “Hanya janji terus, apalagi tahun politik. Selama ini calon silih berganti datang janjikan penanganan abrasi, tetapi tidak ada yang terbukti. Kami hanya dijadikan komoditi politik dan janji politik,” ungkapnya.

Apabila memang ditunda lagi tahun depan bertepatan dengan pemilu serentak, maka warga sudah mengultimatum tidak ada pemilu di Banjar Pebuahan. Bukan hanya tidak akan menyalurkan hak pilih pada saat pemilihan presiden, legislatif dan bupati, tempat pemungutan suara (TPS) juga ditiadakan sebagai tanda boikot pemilu 2024. “Kami akan boikot pemilu 2024. Kalau ada TPS lebih baik pindah ke tempat lain, daripada dibakar warga,” ungkapnya.

Baca Juga:  Tekan Efek Negatif, Distan Jembrana Mulai Kurangi Jatah Pupuk Kimia

Diberitakan sebelumnya, kesekian kalinya, warga Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, membuat senderan sendiri pantai yang tergerus abrasi. Karena abrasi pantai yang terjadi sudah semakin parah, akses jalan terputus dan puluhan rumah hilang karena daratan sudah tergerus abrasi.

Senderan yang dibuat sendiri oleh warga menggunakan pasir dan batu yang ada di sekitar pantai. Proses pembuatan senderan dengan alat berat yang dipinjam dari dari pemerintah kabupaten. Namun untuk biaya pembelian solar swadaya oleh warga.

Menurutnya, pembuatan senderan dengan pasir tersebut sudah dilakukan kesekian kalinya. Sudah tidak terhitung berapa kali warga memperbaiki senderan pantai  agar tidak tergerus abrasi, namun tidak bertahan lama. Saat gelombang pasang, senderan hanya dalam hitungan hari sudah hilang lagi.

Karena upaya membuat senderan secara mandiri ini selalu hancur, warga berharap usulan yang disampaikan warga dan pemerintah kabupaten Jembrana kepada pemerintah pusat segera terealisasi tahun 2023 ini.

Warga mendesak agar senderan segara direalisasikan tahun 2023 ini, karena pantai Pebuahan merupakan pantai terparah tergerus abrasi. Setiap tahun belasan meter daratan tergerus abrasi, dampaknya pemukiman dan tempat usaha kuliner warga hilang. (bas)

 

 


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru