NEGARA,radarbali.id – Warga Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, menyampaikan aspirasi menangih janji pemerintah membangun senderan pantai, Selasa (28/3). Aspirasi disampaikan melalui spanduk dan tulisan di atas kertas karton berisi kalimat desakan dan protes kepada pemerintah.
Sedikitnya ada lima orang warga yang membuat tulisan desakan pada kain spanduk dan kertas karton bekas. Tulisan tersebut diantaranya, “pemerintah pembohong, mana janjimu !”. Ada juga kertas karton bertulis kata “Penipu”. Kemudian ada tulisan “No Senderan 2023, No Pemilu 2024, and No TPS di Pebuahan”. Tulis itu terpasang di pagar kayu pinggir pantai yang tergerus abrasi.
Masih ada kalimat menohok yang dibuat dan dipasang warga, seperti “politisi dilarang masuk”. Kemudian menagih janji Bupati Jembrana I Nengah Tamba dengan kalimat “Bapak Bupati, Mana Janjimu”. Kalimat itu tertulis pada spanduk bekas. “Pemasangan tulisan -tulisan ini sebagai bentuk protes dan menangih janji pemerintah,” kata Yanto.
Menurutnya, abrasi di Pantai Pebuahan sudah terjadi sejak 2013, namun sampai saat ini belum ada perbaikan meskipun usulan sudah sering disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Jembrana. Namun setelah dijanjikan perbaikan tahun 2023 ini, ternyata dikabarkan batal dan ditunda tahun 2024 mendatang. “Kalau sampai 2024, akan lebih banyak lagi daratan yang tergerus abrasi dan rumah warga yang hilang,” ungkapnya.
Mengenai pembangunan senderan pantai, warga mengetahui dan menyadari bahwa anggaran pembangunan merupakan kewenangan pusat. Namun peran pemerintah daerah juga penting untuk mengawal ke pusat hingga pembangunan senderan terwujud.
Sumiran, selalu Ketua RT VIII Banjar Pebuahan menyampaikan, sebelum pesisir Pantai Pebuahan tergerus abrasi ada sekitar 550 kepala keluarga (KK). Terbanyak berada di sisi selatan jalan desa pesisir pantai. Namun saat ini, hanya tersisa tidak kurang dari 10 rumah yang ada di sisi selatan jalan. “Kalau jumlah total dulu sekitar 550 KK pendataan terkhir sekitar 200 KK,” terangnya.
Sejak sepuluh tahun terakhir ini sekitar 500 meter daratan hilang, sehingga dampaknya rumah yang ditempati warga juga hilang. Warga yang rumahnya sudah hilang tergerus abrasi pindah ke lokasi lain yang lebih aman. “Sudah banyak yang pindah rumah, tersebar di mana -mana,” ujarnya.
Menurutnya, dengan kondisi pantai yang saat ini diharapkan pembangunan senderan pantai segera terealisasi. Janji pemerintah seperti yang disampaikan dalam sosialisasi tahun 2022 lalu bisa terwujud, tidak ditunda lagi. “Kalau waktu sosialisasi sudah pasti dibangun tahun 2023, tapi sekarang infonya ditunda lagi tahun 2024,” tandasnya.
Mewakili warga, mendesak pemerintah kabupaten Jembrana memperjuangkan usulan kepada pemerintah pusat agar senderan pantai bisa segera dibuat. “Kalau bisa secepatnya,” tegasnya. (bas/rid)