Desa di Selat, Karangasem,yang satu ini memang beda. Di desa adat yang tak pernah sekalipun melaksanakan pengarakan ogoh-ogoh saat pengerupukan Hari Raya Nyepi. Itu terjadi di Desa Adat Geriana Kangin.
DARI penuturan Penyarikan Desa Adat Geriana Kangin, Jero Mangku Diatmika mengatakan, desa adat Geriana Kangin sendiri memang tidak memperkenankan warganya membuat ogob-ogoh serta mengarak saat pengerupukan.
Alasannya, karena sebelumnya di wilayah Desa Adat Geriana Kangin telah melaksanakan ritual khusus kaitannya dengan pecaruan untuk nyomia (menetralisir) kekuatan negatif, sama halnya dengan makna dan tujuan dibuatnya ogoh-ogoh.
“Jadi itu menurut sama untuk mengusir dan menghilangkan hal negatif. Makanya tidak diperkenankan mengarak ogoh-ogoh saat pengerupukan. Itu sudah berlangsung sejak dulu,” ujarnya Rabu (15/3/2023).
Diatmika menjelaskan bahwa sebelum memasuki sasih kesange perhitungan secara kalender Bali, di Desa Adat Geriana Kangin telah beberapa kali menggelar serangkian ritual nyomia berupa pecaruan yang setiap tahapannnya berkaitan antara ritual satu dengan ritual yang akan datang.
Diawali ritual mecaru yang dilaksanakan setiap sasih ke enam, ritual pada sasih ini berlangsung di Pura Dalem. Di sana dilaksanakan upacara mance kelud penyomya bhuta untuk memohon keselamatan serta menetralisir aura negatif sehingga tidak mengganggu proses kehidupan.
Selain itu, ada juga ritual yang disebut aci ngangon. Aci ngangon ini juga bertujuan untuk menetralisir aura negatif hanya saja yang membedakan aci ngangon dilaksanakan setiap tahunnya dibatas – batas desa secara bergiliran mengikuti arah jarum jam.
Ada juga upacara nyomia berupa pecaruan juga dilaksanakan di banjar untuk mendoakan agar lingkungan banjar, pekarangan dan warga diberikan keselamatan. “Seluruh tahapan tersebut maknanya hampir sama yaitu nyomia atau menetralisir aura negatif yang mencangkup areal palemahan dan pawongan,” terangnya.
Lebih lanjut, dari seluruh tahapan nyomia tersbut, ada satu tahapan terakhir sebelum memasuki pergantian tahun baru caka yang mencangkup semua aspek. Ritual nyomia dilaksanakan di areal catus pata.
“Dari semua tahapan ritual yang kami lakukan, leluhur kami beranggapan semua rangkaian nyomia sudah komplit, sehingga sampai saat ini membuat atau mengarak ogoh-ogoh dilingkungan adat Geriana Kangin tidak pernah dilakukan,” tandasnya. [zulfika Rahman/radar bali]