26.5 C
Denpasar
Sunday, March 26, 2023

Nyepi Segara di Kusamba: Warga Yakin Hasil Laut Melimpah Usai Gelar Ritual

Sejumlah warga di Kabupaten Klungkung tidak hanya menggelar Nyepi pada tahun baru Caka saja. Seperti warga Desa Adat Kusamba, Kecamatan Dawan yang setiap tahunnya juga menggelar Nyepi Segara.

INI memang tradisi khas Kusamba. Mereka tidak melakukan aktivitas apa pun di sepanjang pantai Desa Kusamba sehari setelah Tilem Kelima. Ritual nyepi itu berlangsung di sepanjang Pantai Kusamba, Kecamatan Dawan,Klungkung.

Bendesa Adat Kusamba, Anak Agung Gede Raka Swastika menjelaskan, Nyepi Segara merupakan bagian dari prosesi Karya Ngusaba di Pura Segara, Desa Adat Kusamba. Ngusaba itu merupakan bentuk syukur masyarakat, terutamanya bagi mereka yang mencari nafkah di sepanjang pantai Desa Kusamba.

“Sebelum terbentuknya Desa Adat Kusamba, upacara Ngusaba di Pura Segara itu dibiayai dari kontribusi warga yang mencari nafkah di sepanjang pantai Desa Kusamba, seperti nelayan, petani garam, pedagang ikan dan lainnya,” terangnya.

Tidak hanya umat Hindu, menurutnya para nelayan, pedagang ikan yang beragama Islam pun turut berkontribusi dalam menggelar upacara itu dulunya. Itu sebabnya persembahan yang diaturkan dalam Ngusaba Segara di Pura Segara terdiri dari dua jenis, yakni menggunakan daging babi dan daging bebek.

Baca Juga:  Kisah Inspiratif Ariana:Putus Sekolah Akibat Keterbatasan Fisik, Semangat Belajar Tetap Membara

“Penggunaan dua jenis daging itu karena semua kontribusi tidak hanya berasal dari masyarakat kami yang Hindu. Karena juga berasal dari kontribusi masyarakat Muslim yang memiliki kegiatan sebagai nelayan di laut, memiliki mata pencarian di laut,” tuturnya.

Pada puncak upacara Ngusaba Segara digelar, tepatnya pada Tilem Kelima, berbagai prosesi dilakukan. Di antaranya mengaturkan pakelem atau sesajen yang isinya terdiri dari isi bumi dan lainnya ke tengah laut sekitar pukul 22.00. Baru keesokan harinya digelar Nyepi Segara.

“Selama Nyepi Segara berlangsung, tidak diperkenankan melakukan aktivitas apa pun sepanjang pantai Desa Kusamba mulai pukul 06.00-18.00. Namun biasanya masyarakat baru akan beraktivitas di pantai keesokan harinya. Sehingga seperti berlangsung 24 jam,” ujarnya.

Baca Juga:  Perlu Rp 1 Triliun untuk Menata Nusa Penida, Berikut Ini Penjelasannya

Menurutnya tidak ada sanksi yang disiapkan desa adat bagi mereka yang melanggar dengan melakukan aktivitas di sepanjang Pantai Desa Kusamba. Meski begitu tidak ada yang berani melanggar karena keyakinan yang sudah sangat kental di sana.

“Walau sudah setiap tahun digelar dan tidak ada yang mencoba melanggar, kami tetap berkoordinasi dengan dinas perhubungan, dan instansi terkait agar tidak ada aktivitas apapun di sepanjang pantai dan perairan Kusamba,” jelasnya.

Bila ritual itu berjalan dengan baik, masyarakat berkeyakinan Tuhan akan memberi tanda dengan melimpahnya ikan di perairan Desa Kusamba setelah digelarnya Nyepi Segara. Bahkan dulu menurutnya ada banyak ikan terdampar di pesisir pantai Desa Kusamba setelah digelarnya Nyepi Segara. “Karena terlalu banyak, dulu pernah sampai dikubur ikannya. Tetapi di sasih kelima (kalender Bali) seperti saat ini memang sedang musim ikan,” tandasnya. [dewa ayu pitri arisanti/radar bali]

 



Sejumlah warga di Kabupaten Klungkung tidak hanya menggelar Nyepi pada tahun baru Caka saja. Seperti warga Desa Adat Kusamba, Kecamatan Dawan yang setiap tahunnya juga menggelar Nyepi Segara.

INI memang tradisi khas Kusamba. Mereka tidak melakukan aktivitas apa pun di sepanjang pantai Desa Kusamba sehari setelah Tilem Kelima. Ritual nyepi itu berlangsung di sepanjang Pantai Kusamba, Kecamatan Dawan,Klungkung.

Bendesa Adat Kusamba, Anak Agung Gede Raka Swastika menjelaskan, Nyepi Segara merupakan bagian dari prosesi Karya Ngusaba di Pura Segara, Desa Adat Kusamba. Ngusaba itu merupakan bentuk syukur masyarakat, terutamanya bagi mereka yang mencari nafkah di sepanjang pantai Desa Kusamba.

“Sebelum terbentuknya Desa Adat Kusamba, upacara Ngusaba di Pura Segara itu dibiayai dari kontribusi warga yang mencari nafkah di sepanjang pantai Desa Kusamba, seperti nelayan, petani garam, pedagang ikan dan lainnya,” terangnya.

Tidak hanya umat Hindu, menurutnya para nelayan, pedagang ikan yang beragama Islam pun turut berkontribusi dalam menggelar upacara itu dulunya. Itu sebabnya persembahan yang diaturkan dalam Ngusaba Segara di Pura Segara terdiri dari dua jenis, yakni menggunakan daging babi dan daging bebek.

Baca Juga:  Sering Krodit, Polres Klungkung Kerahkan Personel di Depan RSUD

“Penggunaan dua jenis daging itu karena semua kontribusi tidak hanya berasal dari masyarakat kami yang Hindu. Karena juga berasal dari kontribusi masyarakat Muslim yang memiliki kegiatan sebagai nelayan di laut, memiliki mata pencarian di laut,” tuturnya.

Pada puncak upacara Ngusaba Segara digelar, tepatnya pada Tilem Kelima, berbagai prosesi dilakukan. Di antaranya mengaturkan pakelem atau sesajen yang isinya terdiri dari isi bumi dan lainnya ke tengah laut sekitar pukul 22.00. Baru keesokan harinya digelar Nyepi Segara.

“Selama Nyepi Segara berlangsung, tidak diperkenankan melakukan aktivitas apa pun sepanjang pantai Desa Kusamba mulai pukul 06.00-18.00. Namun biasanya masyarakat baru akan beraktivitas di pantai keesokan harinya. Sehingga seperti berlangsung 24 jam,” ujarnya.

Baca Juga:  Bocor, Netes Tak Ketahuan, Pikap Pengangkut BBM PLN Nusa Penida Terbakar

Menurutnya tidak ada sanksi yang disiapkan desa adat bagi mereka yang melanggar dengan melakukan aktivitas di sepanjang Pantai Desa Kusamba. Meski begitu tidak ada yang berani melanggar karena keyakinan yang sudah sangat kental di sana.

“Walau sudah setiap tahun digelar dan tidak ada yang mencoba melanggar, kami tetap berkoordinasi dengan dinas perhubungan, dan instansi terkait agar tidak ada aktivitas apapun di sepanjang pantai dan perairan Kusamba,” jelasnya.

Bila ritual itu berjalan dengan baik, masyarakat berkeyakinan Tuhan akan memberi tanda dengan melimpahnya ikan di perairan Desa Kusamba setelah digelarnya Nyepi Segara. Bahkan dulu menurutnya ada banyak ikan terdampar di pesisir pantai Desa Kusamba setelah digelarnya Nyepi Segara. “Karena terlalu banyak, dulu pernah sampai dikubur ikannya. Tetapi di sasih kelima (kalender Bali) seperti saat ini memang sedang musim ikan,” tandasnya. [dewa ayu pitri arisanti/radar bali]

 


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru