SEMARAPURA, Radar Bali.id– Terjadi fluktuasi harga beras yang cukup cepat di pasar beberapa bulan terakhir ini menjelang hari raya Nyepi. Kondisi itu membuat pedagang beras di Kabupaten Klungkung kebingungan hingga akhirnya tidak berani menyetok beras dalam jumlah besar untuk menghindari kerugian.
Salah seorang pedagang beras di Kabupaten Klungkung, Arini, mengungkapkan bahwa harga beras mengalami peningkatan secara bertahap sekitar Rp300 per kilogram pada Februari lalu. Namun beras yang datang dari Banyuwangi itu mulai mengalami penurunan harga pada minggu kedua Maret. “Harga beras sudah stabil. Harga beras saat ini berkisar Rp60 ribu – Rp62 ribu per lima kilogram. Tergantung merek,” terangnya.
Fluktuasi harga yang begitu cepat membuatnya takut untuk menyetok beras dalam jumlah besar. Bila biasanya gudang berasnya selalu penuh dengan beras. Kini disesuaikannya dengan jumlah pesanan untuk menghindari kerugian lantaran membeli beras di saat harga tinggi. “Biasanya saya pesan beras itu sekitar 10 ton per hari. Sekarang saya tidak berani pesan sebanyak itu. Saya sesuaikan dengan pesanan pelanggan,” ungkapnya.
Sementara itu harga gabah di tingkat petani mengalami penurunan harga. Petani Subak Dlod Banjarangkan, Desa Banjarangkan, Jro Lingga mengungkapkan gabahnya yang dipanen dua minggu lalu dibeli tengkulak dengan harga Rp4 ribu per kilogram. Dia yang memperoleh 15 karung gabah dari 25 are lahannya hanya mendapat uang sekitar Rp3 juta dari tengkulak.
Padahal biaya yang dia keluarkan sekitar Rp 1,8 juta. “Satu karung itu beratnya sekitar 50 kilogram. Sedih sekali jadi petani sekarang. Panennya cuma tiga bulan sekali, tetapi harga jual gabahnya murah. Air irigasinya terus mengecil,” tuturnya. [dewa ayu pitri arisanti/radr bali]